Ada tiga hal yang masih perlu pendalaman lebih lanjut.
Pertama, belum terlalu jelas apakah Omicron mengakibatkan sakit lebih berat. Data awal memang menunjukkan dugaan ada peningkatan masuk RS di Afrika Selatan, tapi harus diteliti lebih lanjut analisanya.
Kemudian juga sejauh ini tidak ada (atau setidaknya belum ada) informasi ilmiah yang menyebutkan gejala akibat Omicron berbeda dengan akibat varian lain.
Baca juga: Hong Kong Larang Kedatangan Non-penduduk dari 13 Negara Ini Terkait Omicron
Baca juga: Ini Aturan Baru Imigrasi Cegah Covid-19 Omicron Masuk Indonesia
Serta emang ada laporan awal dari data mahasiswa bahwa kaum muda cenderung keluhannya lebih ringan, tapi kepastian dampat beratnya varian Omicron baru akan ada dalam beberapa hari atau minggu kedepan.
"Kita sudah ketahui, semua varian Covid-19 sejauh ini dapat menimbulkan penyakit berat dan kematian apalagi pada kelompok rentan (Lansia, komorbid, gangguan imunitas lain). Jadi sambil menunggu data ilmiah lebih lengkap maka kita harus terus waspada dan pencegahan (3M, 3T dan vaksinasi) tetap merupakan hal utama," pesan Prof Tjandra.
3. Kemungkinan Infeksi Ulang
Data awal memang menunjukkan, infeksi varian Omicrom meningkatkan risiko Infeksi ulangan, seseorang yang sudah sakit dan sembuh kemudian jatuh sakit lagi.
4. Efektifitas Vaksin
WHO masih terus menganalisa hal ini bersama para pakar di dunia.
5. Efektifitas test PCR
Sejauh ini test PCR masih dapat mendeteksi Infeksi COVID-19, termasuk akibat Omicron.
"Sekarang penelitian masih terus berjalan, termasuk ada tidaknya kemungkinan dampak pada rapid antigen tes," imbuhnya.
Ada berita lain tentang kemungkinan Gene S yang mungkin sulit terdeteksi dengan PCR walau ada dua kelompok Gene lain yang masih terdeteksi, walaupun ini masih perlu penelitian lebih lanjut
6. Efektifitas pada Pengobatan