Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Jumlah kasus Omicron di Indonesia Dilaporkan hingga Senin (3/1/2021) sebanyak 152 kasus.
Enam kasus diantaranya adalah kasus transmisi lokal yang berada di Jakarta, Bali, Medan, dan Surabaya.
Lantas adakah cara yang paling efektif untuk menghadapinya. Simak penjelasan Dokter spesialis paru-paru RSA UGM, dr. Astari Pranindya Sari, Sp.P.
Baca juga: 4.000 Jadwal Penerbangan di Seluruh Dunia Dibatalkan karena Merebaknya Omicron
Baca juga: Berkaca pada Serangan Varian Delta, Ini Antisipasi Pemerintah Cegah Lonjakan Kasus Covid-19 Omicron
Dokter Astari mengatakan, menjaga dan menjalankan prinsip 5M protokol kesehatan, layaknya rutin mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, serta mengurangi mobilitas, adalah cara efektif mencegah varian-varian itu.
“Sama dengan varian-varian covid yang lalu. Karena pencegahan dengan menggunakan masker, kemudian menjaga jarak, menghindari kerumunan dan lainnya
itu betul-betul memutuskan rantai (penyebaran) yang paling efektif,” tutur dokter Astari dalam talkshow kesehatan ‘Painah & Paini: Omicron Datang, Apa Yang Perlu Diperhatikan?’ yang dipublikasikan melalui kanal Youtube Rumah Sakit Akademik UGM.
Sifat dan Gejala Omicron
Dokter Astari mengatakan, Omicron diketahui memiliki sifat yang lebih mudah menular dibandingkan varian-varian sebelumnya.
Varian Covid-19 pertama, menularkan ke tiga orang lainnya. Varian Delta memiliki sifat penularan 10 kali lebih cepat dari varian yang pertama. Sekarang, Omicron, memiliki sifat berkali lipat lagi daripada Delta.
Mutasi pun membuat gejala yang ditimbulkan pun berbeda dari varian sebelumnya. Pada varian Covid-19 awal, gejala-gejala yang ditimbulkan adalah seperti gangguan pada indera penciuman dan perasa, lalu kemudian batuk dan pilek.
Pada varian Omicron, gejala yang paling dominan terjadi adalah gampang lelah, kemudian batuk pilek, sakit tenggorokan, serta nyeri sendi.
“Dibandingkan dengan varian Alpha; Beta; Delta, varian Omicron lebih banyak hinggap di bagian saluran pernafasan. Sedangkan varian Alpha; Beta; Delta lebih banyak hinggap di bagian paru. Jadi yang (varian) dulu-dulu lebih gampang berkembang biak di paru-paru daripada di atasnya (saluran pernafasan), sehingga efeknya gejala sesak nafas lebih banyak yang dulu (di varian Alpha; Beta; Delta),” jelas dokter Astari.