News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Ingatkan Jangan Euforia Berlebih, Pakar Epidemiologi Sebut Perlu Strategi Komunikasi Hadapi Pandemi

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman

Laporan Wartawan Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penurunan kasus Covid-19 di Indonesia menunjukkan jika vaksinasi Covid-19 memiliki manfaat yang cukup besar. 

Hal ini disampaikan oleh Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman.

Vaksin Covid-19 juga cukup efektif pada era Omicron plus.

"Setidaknya dua dosis menjaid penting. Plus booster penting. Karena kita tahu bahwa fakta secara riset terjadi penurunan fungsi proteksi setelah 4-6 bulan. Baik sudah divaksin maupun infeksi," kata Dicky kepada Tribunnews, Rabu (6/4/2022).

Dicky mengungkapkan saat imunitas menurun, booster menjadi sangat penting. Apa peran dari pemberian booster adalah melindungi kelompok rawan terhadap varian baru BA.2.

Ia pun menyebutkan hal ini berdasarkan pada  data di Israel, dan beberapa negara maju lainnya. Oleh karena, Dicky menyebutkan penting melakukan percepatan booster.

Bukan hanya pada kelompok berisiko di Indonesia. Tapi juga dilihat dari sisi pekerjaan seperti pekerja pelayanan kesehatan dan pelayana publik lain.

Baca juga: Kemunculan Varian Covid-19 XE Masih Perlu Diteliti

"Namun konteks kecepatan memang tidak secepat dosis satu dan dua. Karena ada beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam konteks di Indonesia," kata Dicky lagi. 

Misalnya pengaruh paham konspirasi masih ada. Dan juga, strategi komunikasi yang masih kurang tidak tepat dengan narasi optimisme berlebihan.

"Euforia berlebihan membuat masyarakat merasa aman secara semu seperti tidak perlu divaksin. Narasi dibangun sebagian pemerintah daerah dan pusat juga terlalu mengendepankan eforia dan optimisme. Sudah terkendali dan sebagainya," papar Dicky lagi. 

Menurutnya membangun komunikasi risiko merupakan pekerja rumah yang perlu diselesaikan. Begitu juga dengan peningkatan literasi masalah vaksin Covid-19. 

Di sisi lain, masalah keterlambatan vaksin booster dikarenakan masih banyak kelompok sudah fanatik dengan jenis vaksin. 

"Saya melihat strategi komunikasi kita masih mengandalkan pusat. Sedangkan di daerah masih kurang walau ada beberapa yang bagus," tegasnya.

Baca juga: Satgas: Varian Baru Covid-19 XE 10 Persen Lebih Menular dari Omicron BA 2

Strategi komunikasi tidak bisa dilakukan secara general. Harus berbasis wilayah. Antara Padang dan Aceh misalnya, jauh berbeda dengan Jakarta.

"Ini harus dipahami masing-masing pemda. Kalau tidak penyampaiannya akan sulit," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini