Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, ROMA - Perdana Menteri (PM) Italia Giorgia Meloni telah mendesak Uni Eropa (UE) untuk memberlakukan persyaratan tes virus corona (Covid-19) di seluruh blok itu pada semua penumpang udara yang datang dari China.
Desakan ini disampaikan setelah China mengumumkan 'akan sangat melonggarkan' pembatasan perjalanan internasional, meskipun negara itu tengah bergulat dengan lonjakan kasus infeksi.
Perlu diketahui, negara yang berada di kawasan Asia Timur itu melonggarkan langkah-langkah penahanannya yang ketat pada awal bulan ini.
Baca juga: Jepang akan Perketat Kontrol Perbatasan bagi Pelancong dari China
Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (30/12/2022), Italia memerintahkan pengujian antigen wajib untuk semua pelancong yang masuk dari China pada awal pekan ini.
Ini menyusul pengumuman China bahwa mereka akan mengakhiri karantina wajib bagi penumpang mulai 8 Januari mendatang.
Langkah ini pun secara efektif membuka kembali perbatasan negara.
"Kami segera mengambil tindakan, kami berharap UE bertindak menggunakan cara ini," kata Meloni dalam konferensi pers pada Kamis kemarin.
Ia menambahkan bahwa kebijakan Italia akan berisiko 'tidak sepenuhnya efektif', kecuali ditegakkan oleh semua negara anggota blok tersebut.
Baca juga: Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni dan PM Inggris Rishi Sunak Pastikan Hadir di KTT G20
Saat Meloni berbicara, Komite Keamanan Kesehatan UE bertemu di Brussels Belgia dalam upaya untuk merumuskan tanggapan bersama terhadap masuknya wisatawan China yang diprediksi dimulai pada Januari 2023.
Sementara itu, Amerika Serikat( AS), Jepang, India, Taiwan dan Malaysia telah mengumumkan persyaratan pengujian untuk kedatangan dari China.
Jepang dan India menyatakan bahwa mereka yang dites positif harus melakukan masa karantina.
Sedangkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengatakan bahwa persyaratan ini 'akan membantu memperlambat penyebaran virus saat lembaga itu bekerja untuk mengidentifikasi dan memahami potensi varian baru yang mungkin akan muncul.
Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) sebelumnya mengumumkan pada awal bulan ini bahwa warganya tidak lagi memerlukan tes negatif untuk memasuki sebagian besar gedung publik.
Otoritas China pun tidak lagi menuntut pasien tanpa gejala untuk diisolasi sendiri di rumah.
Pencabutan aturan ini dilakukan setelah negara itu mempertahankan beberapa kebijakan 'Zero Covid' yang paling ketat di dunia selama hampir tiga tahun.
Pekan lalu, negara itu menurunkan respons Covid-19 dari 'langkah-langkah pengendalian level A' menjadi respons 'level B' yang kurang ketat.
Ini mengindikasikan bahwa mulai 8 Januari 2023, pasien Covid-19 yang bergejala pun tidak wajib diisolasi, dan otoritas lokal akan melakukannya.
Mereka tidak akan mengunci seluruh komunitas jika terjadi wabah lokal.
Namun mirisnya, kasus baru akhirnya melonjak setelah pengumuman ini, dengan 37 juta orang dilaporkan tertular virus dalam satu hari pada minggu lalu, dan hampir seperempat miliar orang terinfeksi pada bulan ini.
Secara resmi, NHC mengklaim bahwa angka ini hampir 10.000 kali lebih rendah, namun dunia tidak mempercayai klaim negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping itu.