Ia pun menyampaikan alasan kenapa strategi komunikasi belum memadai.
Salah satunya karena ada euforia dan tidak menyampaikan mitigasi strategi.
"Tentu akan mengendurkan semangat antusiasme untuk vaksinasi Covid-19. Termasuk bagi anak-anaknya. Ini akan membuat pekerjaan pemerintah lebih berat lagi," paparnya lagi.
Baca juga: Antisipasi Ancaman Gelombang Covid-19, Muzani Minta Ada Aturan Khusus untuk Turis Asal China
Pemerintah, kata Dicky, punya tanggung jawab untuk memperbaiki strategi komunikasi dan melaksanakan vaksin Covid-19.
Ia pun menyarankan untuk melibatkan semua elemen, tidak hanya perhimpunan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), psikolog anak atau ahli sosial.
Tapi juga dengan pihak sekolah seperti guru serta orangtua.
Upaya ini pun bisa dilakukan dengan memberikan literasi yang mumpuni terkait vaksin Covid-19.
Baca juga: Sebaran 669 Kasus Sembuh Covid-19 di Indonesia 12 Januari 2023: DKI Jakarta Terbanyak
Penyampaian bisa dilakukan pada stakeholder, pemangku kepentingan dan pihak sekolah tadi.
Selain itu ia pun mengingatkan untuk tidak mengabaikan vaksinasi Covid-19 pada kelompok lain.
"Bahwa tidak boleh mengabaikan vaksinasi pada kelompok dewasa, populasi umumnya baik primer dan booster pertama harus dikejar dan dilakukan," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto/Aisyah Nursyamsyi)
Artikel lain terkait Virus Corona