Kata Ani, anggaran belanja negara di tahun 2020 setara pembiayaan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Sebab, peningkatan jumlah anggaran melesat tajam dalam kurun waktu 1 tahun.
"Saya sampaikan pada presiden, 900 pembiayaan meningkat. Itu sudah dapat dua IKN pak, saya sampaikan pada presiden. Hanya dalam 1 tahun kita meningkat," lanjutnya.
Menkeu Sri Mulyani yang kerap disapa Ani mengatakan, selama pandemi Covid-19 melanda, turut mengubah kebijakan fiskal pemerintah Indonesia.
Baca juga: Pandemi Covid-19 Mereda, Sri Mulyani: Dana Kesehatan Dialihkan ke Penanganan Non-Covid 19
Hal itu ditandai dengan penerapan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
"APBN sebelum pandemi tahun 2020 Rp 307 triliin dan pembiayaan kita Ro 741,8 triliun. Begitu terpukul pandemi, kita menerapkan UU Nomor 2 Perppu Nomor 1 dimana defisit boleh naik," ucapnya.
Ani menegaskan, sejak penerapan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2022 itu, defisit APBN pemerintah Indonesia mengalami peningkatan hingga tiga kali lipat.
"Pertama Perpres keluar sekitar bulan Juni revisi, itu Rp 5,07 triliun defisit nya melonjak hampir 3 kali lipat. Kalau dilihat nominal nya defisit lebih dari Rp 550 triliun dan kebutuhan pembiayaan melonjak dari 741 ke 1,439 dua kali lipat," tegasnya.
Keuangan Minus 16 Persen
Ani menyatakan, keuangan Indonesia sempat terpukul hingga minus 16 persen di tahun 2020. Padahal, kata dia, penerimaan negara pada tahun 2020 sudah mencapai Rp 1.647,8 triliun.
Ani mengatakan, belanja negara turut mengalami kenaikan sebesar 12,4 persen atau Rp 2.595,5 triliun. Sedangkan pembiayaan utang negara naik 181,0 persen atau Rp 1.229,6 triliun.
"Pendapatan turun, belanjanya naik. Makanya defisit melonjak tinggi sekali. Oleh karena itu defisit menjadi Rp 947 triliun. Ini yg sudah angka aktual dibandingkan Perpres nya tadi," tutur dia.
Ani mengaku, peningkatan defisit APBN ini terjadi dalam kurun waktu yang sangat cepat. Sehingga situasi ekonomi secara keseluruhan mengalami volatilitas.
"Waktu itu juga capital market, semuanya dalam situasi yg sangat volutality. Sehingga waktu kita butuh banyak, situasi di dalam bon market dan capital market sangat tidak kondusif," ucap dia.
Untuk itu, Ani mengatakan, pemerintah melakukan kesepakatan dengan mekanisme Burden Sharing dalam penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional di tahun 2020.