News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Mengenal Covid-19 Varian Arcturus, Varian Omicron yang Paling Menular di AS

Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Nuryanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Covid-19. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menyampaikan bahwa sampai saat ini subvarian Arcturus belum terdeteksi di Indonesia.

TRIBUNNEWS.COM - Belum lama ini, ditemukan sub varian baru Covid-19, yakni Omicron XBB.1.16 yang juga dijuluki 'Arcturus' di India, yang memicu lonjakan kasus Covid-19 secara signifikan.

Subvarian ini telah menyebar ke negara lain, seperti Amerika Serikat, Singapura, dan Brunei Darussalam.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menyampaikan bahwa sampai saat ini subvarian Arcturus belum terdeteksi di Indonesia.

Pimpinan teknis Covid-19 untuk WHO, Maria Van Kerkhove mengatakan, Arcturus sangat mirip dengan "Kraken" XBB.1.5, varian Covid-19 paling menular yang dominan di AS.

Maria juga mengatakan ada sekitar 800 genome sequence varian Omicron XBB.1.16 dari 22 negara.

"Profil XBB.1.16 sebenarnya sangat mirip dengan XBB.1.5 (subvarian Omicron). Ini memiliki satu mutasi tambahan pada spike protein, yang dalam penelitian laboratorium menunjukkan peningkatan infektivitas, serta potensi peningkatan patogenisitas (properti penyebab penyakit). Itu sudah beredar selama beberapa bulan," ujar Maria, dikutip dari Indonesia.go.id yang diakses pada hari ini, Kamis (6/4/2023).

Baca juga: Korea Selatan Lampaui 10.000 Kasus Covid-19 selama 3 Hari Berturut-turut

Namun, mutasi tambahan pada protein lonjakan virus, yang menempel dan menginfeksi sel manusia, berpotensi membuat varian tersebut lebih menular dan bahkan menyebabkan penyakit yang lebih parah.

Dari kondisi itu dan melihat kecenderungan peningkatan kasus di Timur, XBB.1.16 dianggap sebagai salah satu varian yang harus diperhatikan.

Berdasarkan data WHO, XBB.1.5 menyumbang kurang dari setengah dari semua kasus yang diurutkan secara global pada awal Maret.

Ahli Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), dr. Iwan Ariawan menjelaskan, Arcturus penularannya cepat namun gejala yang ditimbulkan tidak terlalu berat dan tingkat fatalitasnya lebih rendah dibandingkan dengan varian sebelumnya seperti Delta.

Dari analisis kematian yang diakibatkan Covid-19, didapatkan bahwa seseorang yang sudah divaksin memiliki risiko kematian yang jauh lebih kecil terutama pada lansia.

Dengan jenis vaksin Covid-19 yang tersedia di Indonesia, menurut dr. Iwan dapat menangkal subvarian baru Arcturus, karena variannya masih sama, yaitu Omicron.

Vaksin-vaksin yang ada di Indonesia sudah terbukti efektif untuk menghadapi varian Omicron dalam mencegah terjadinya sakit berat dan kematian.

Apabila seseorang sudah terkena dan dinyatakan positif Covid-19, dr. Iwan mengatakan, pertama kali yang bisa dilakukan adalah isolasi mandiri kurang lebih selama lima hari, jika penderita memiliki gejala yang ringan, bukan lansia, dan tidak ada komorbid.

Untuk pengobatannya, apabila penderita hanya mengalami gejala ringan, maka cukup istirahat dan isolasi mandiri.

Namun, jika ingin meminum vitamin ataupun suplemen lainnya diperbolehkan.

Berbeda jika penderitanya mempunyai gejala berat, komorbid, atau lansia maka harus diperiksa dan ditangani langsung oleh dokter untuk dilihat apakah penderita harus dirawat di rumah sakit atau bisa isolasi mandiri di rumah.

(Tribunnews.com, Widya)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini