Para ahli mengatakan kepada The Times, mereka juga melihat peningkatan rawat inap anak-anak karena adenovirus, yang memiliki gejala mirip Covid dan juga dapat menyebabkan konjungtivitis.
Adenovirus dan Covid tidak mungkin dibedakan satu sama lain tanpa pengujian.
"Ada banyak anekdot konjungtivitis pediatrik di India saat ini," ungkap Raj Rajnarayanan, asisten dekan penelitian dan profesor di kampus Institut Teknologi New York di Jonesboro, Ark. kepada Fortune.
Richard Reithinger, seorang ahli epidemiologi penyakit menular di lembaga penelitian nirlaba RTI International, mengatakan kepada Fortune, dia juga mendengar laporan semacam itu.
Tetapi, ia menyebut mungkin terlalu dini untuk mengatakan apakah rangkaian gejala virus benar-benar telah berubah.
Konjungtivitis sebelumnya telah dilaporkan sebagai gejala COVID, catatnya, meski tidak sering.
Para peneliti di Truhlsen Eye Institute dari Nebraska Medicine sebelumnya mengidentifikasi virus dalam film air mata mata, lapisan tipis cairan yang menutupi permukaan luar mata.
Adanya virus di sana dapat menyebabkan konjungtivitis, kata institut itu dalam posting blog November.
Menurut Truhlsen Eye Institute, gejala konjungtivitis meliputi:
- Mata berair;
- Kemerahan;
- Pembengkakan;
- Nyeri atau iritasi;
- Gatal;
- Keluarnya kotoran.
XBB.1.16 memiliki "keuletan" untuk mengalahkan varian lain
Rajnarayanan memprediksi XBB.1.16 dan bibit Omicron baru lainnya, XBB.1.9, menguat selama beberapa minggu ke depan, jika tidak ada varian lain lagi yang muncul.
XBB.1.16 dan keturunannya memiliki "keuletan untuk mengalahkan" varian COVID lain, katanya, menambahkan bahwa varian baru berkembang dengan cepat.