Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyebut subvarian Covid-19 yaitu JN.1 mengalami penyebaran secara pesat.
Di Indonesia, Kementerian Kesehatan mengonfirmasi kematian satu orang pasien Covid-19 yang terinfeksi varian ini.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Akankah Jadi PHEIC Kembali? Begini Kata Pakar
Pakar Ahli kesehatan masyarakat sekaligus epidemiolog Dicky Budiman mengungkapkan karakteristik gejala dari subvarian JN.1 ini.
Gejala khusus yang dominan muncul saat terinfeksi di antaranya seperti hidung berair atau beringus.
Lalu ada pula dengan batuk yang cukup relatif lama.
Kemudian ada nyeri kepala hingga sedikit nyeri menelan.
"Tapi yang dominan saat ini kelelahan selain kesulitan tidur. Demam saat ini sangat jarang dirasakan sebagian besar pasien. Apa lagi hilang penciuman, itu sudah sangat jarang, di bawah 3 persen," ungkap Dicky pada keterangannnya, Rabu (3/1/2024).
Baca juga: Vaksin Covid-19 Tak Lagi Gratis, Pakar: Kelompok Rawan Akan Terdampak
Menurut Dicky, karakteristik gejala subvarian JN.1 menandakan terjadi evolusi Covid-19 mengarah ke stadium menengah hingga ringan.
Namun, di sisi lain dampak long Covid-19 semakin menguat saat terinfeksi.
Terutama pada orang yang memiliki masalah imunitas, ketika terinfeksi belum divaksinasi, atau terjadi infeksi berulang.
Bisa juga yang bersangkutan memiliki masalah imunitas dengan komorbid yang berat.
"Sering kali ini akhirnya memiliki kecenderungan untuk mendapatkan gejaa long Covid-19," tambah Dicky. .
Untuk Long Covid-19, Dicky mengungkapkan gejala yang ditunjukkan beragam.
Tapi secara umum dapat memengaruhi kualitas hidup.
Karena terjadi penurunan terhadap kekuatan otot hingga fungsi fokus otak.
Termasuk organ lain seperti jantung, hati, maupun ginjal.