TRIBUNNEWS.COM, BANGKOK - Krisis politik di Thailand terus memakan korban. Selasa (18/2/2014) waktu setempat, empat orang tewas dalam bentrokan antara demonstran antipemerintah dengan aparat kepolisian.
Unjuk rasa berdarah meletus di jantung Kota Bangkok, setelah demonstrasi yang sudah bebulan-bulan terjadi, untuk menentang Perdana Menteri Yingluck Shinawatra.
Seorang polisi tewas setelah ditembak di bagian kepala, dan tiga demonstran pria juga tewas dalam aksi unjuk rasa itu, demikian kata para pejabat Thailand.
Menurut pihak Erawan Emergency Center, unit medis yang memantau kerusuhan di Thailand, 64 orang lainnya, yang terdiri dari polisi dan pengunjuk rasa, ikut terluka dalam bentrokan tersebut.
Kerusuhan terjadi saat polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan demonstran di jalan-jalan. Lantas, orang-orang di antara para pengunjuk rasa mulai menembakkan senjata ke arah polisi.
Kedua kubu hanya dipisahkan jarak ekitar 200 meter. Tak senang ditembaki, polisi kemudian menanggapi dengan menembakkan peluru karet dan peluru tajam .
"Selama baku tembak yang berlangsung sekitar 20 menit, sebuah granat meledak di dekat kubu polisi. Ledakan granat itu melukai empat aparat," ujar Letnan Jenderal Paradon Patthanathabut, Kepala Keamanan Nasional Thailand, dikutuip Tribunnews.com dari CNN. (*)