Tribunnews.com, Kuala Lumpur — Para penyidik mendalami hilangnya pesawat Boeing 777-200 milik Malaysia Airlines yang hilang pada Sabtu (8/3/2014) hancur di tengah penerbangan. Sampai Senin (10/3/2014) pagi, belum ada titik terang keberadaan pesawat tersebut atau penjelasan atas hilangnya pesawat dengan 239 orang di dalamnya itu.
"Fakta bahwa kami tidak dapat menemukan puing-puing apa pun sejauh ini tampaknya menunjukkan pesawat kemungkinan hancur di sekitar (ketinggian) 35.000 kaki," kata sumber penyidik internasional yang terlibat dalam penyelidikan awal di Malaysia, Minggu (9/3/2014).
Jika pesawat jatuh utuh ke laut dari ketinggian itu, menurut sumber tersebut, pesawat hanya akan patah ketika mengempas permukaan air sehingga akan ditemukan konsentrasi puing di sekitar lokasi jatuhnya.
Sumber ini meminta anonimitas karena bukan pejabat yang berbicara kepada publik. Dia menyampaikan kemungkinan soal hancurnya pesawat saat berada di udara, sebelum otoritas Vietnam mengumumkan menemukan obyek laut yang diduga bagian puing pesawat yang hilang.
Sejauh ini, kata sumber itu, belum ada bukti sabotase atau masalah teknis pada pesawat, ketika dia ditanya kemungkinan terjadi ledakan dipicu bom atau sejenisnya.
Sementara itu, Boeing masih menolak berkomentar atas insiden yang melibatkan seri 777-200 ER buatannya ini. Mereka mengatakan sedang memantau situasi.
Otoritas Malaysia pun kini hanya mengatakan, mereka fokus menemukan keberadaan pesawat dan menolak berkomentar tentang perkembangan penyelidikan.
Insiden pesawat meledak di udara pernah terjadi pada 1985 dan 1988. Pada 1985, pesawat Air India meledak di atas Samudera Atlantik, sementara pada 1988 pesawat Pan Am 103 meledak di atas kota Lockerbie, Swedia. Kedua insiden terjadi saat pesawat melaju di ketinggian 31.000 kaki.
Meski belum ada indikasi terorisme, Interpol telah memastikan sedikitnya dua penumpang di penerbangan MH370 yang hilang ini menggunakan paspor palsu. Satu paspor milik warga negara Italia dan satu paspor lain milik warga Austria.
"Meskipun terlalu dini untuk berspekulasi tentang hubungan antara paspor dicuri dan pesawat yang hilang, jelas jadi keprihatinan besar bahwa penumpang bisa naik penerbangan internasional menggunakan paspor curian yang terdaftar dalam basis data Interpol," ujar Sekretaris Jenderal Interpol Ronald Noble.