"Saya memberitahu ayah bahwa saya tidak menyesal untuk menjadi seorang mahasiswa yang buruk, dan menabrak tiga pesawat selama latihan. Dan saya menyesal bahwa Jepang kini tertekan dalam perang. Aku ingin membuktikan diri kepada Kaisar dan itu sebabnya aku menawarkan diri untuk bergabung dengan unit serangan khusus."
"Tapi ibuku marah. Tepat sebelum meninggal, ia mengatakan kepada saya bahwa dia telah mengampuni ayah saya, jika saya sudah mati dalam serangan Kamikaze. Jadi saya berterima kasih kepada Kaisar bahwa ia telah menghentikan perang."
Jepang masih menerbangkan pilot untuk misi bunuh diri hingga pada 15 Agustus 1945, ketika Kaisar Hirohito mengumumkan Jepang menyerah, akibat serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.
"Aku tidak bisa mendengar pengumuman radio NHK dengan sangat baik saat itu," kata Horiyama. "Satu orang mulai menangis keras. Saat itulah aku tahu kami telah kalah perang."
"Saya merasa gagal karena saya belum mampu mengorbankan diri untuk negara saya. Kawan-kawan saya yang meninggal akan dikenang dalam kemuliaan sebagai patriot. Namun saya tidak punya kesempatan yang sama seperti mereka, mati dengan cara yang sama."
Itu adalah cerita Hisao Horiyama. Tetapi tidak setiap calon Kamikaze sungguh-sungguh dalam keyakinan mereka mati demi Ibu Pertiwi. (The Guardian)