TRIBUNNEWS.COM - Krisis ledakan pengungsi Suriah akhir-akhir ini menyedot perhatian masyarakat dunia. Apalagi setelah marak debat soal negara-negara Eropa yang mulai menolak tambahan imigran dan negara-negara kaya Arab yang dikatakan belum menerima seorang pun pengungsi.
Jadi, negara-negara apa yang sebenarnya sudah dan belum menerima pengungsi Suriah? Negara-negara apa yang menolak ajakan untuk menampung pengungsi Suriah?
Menurut data yang diperoleh dari Amnesty International dan sejumlah media asing, ada lima negara yang menerima pengungsi Suriah dengan jumlah terbanyak.
Di antaranya adalah Turki (1,9 juta orang), Lebanon (1,2 juta orang), Yordania (650.000 orang), Irak (249.463 orang), dan Mesir (132.375 orang).
Sedangkan, negara-negara lain yang juga dikatakan sudah atau akan menerima pengungsi adalah Jerman, Swedia, Romania, Serbia, Yunani, Italia, Amerika Serikat, Australia, Prancis (baru rencana), dan Inggris (baru rencana).
Lalu, ada negara-negara yang digarisbawahi oleh Amnesty International karena belum sama sekali menampung atau berencana menampung pengungsi Suriah.
Mereka adalah kelompok negara kaya Arab, yaitu Qatar, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Kuwait, dan Bahrain, juga negara-negara lain yang tercatat memiliki pendapatan tinggi, seperti Rusia, Jepang, Singapura, dan Korea Utara.
Di sisi lain, ada pula negara-negara Eropa yang dikatakan menolak untuk menerima pengungsi dan ikut berpartisipasi dalam rencana Uni Eropa memberlakukan sistem kuota darurat, demi menyambut lebih banyak pengungsi.
Negara-negara itu adalah Hungaria, Ceko, Slovakia, dan Denmark.
Sebelumnya diberitakan,
Letak Suriah berdekatan dengan negara-negara Arab Teluk, yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Oman, Bahrain, dan Kuwait.
Namun, para pengungsi Suriah selama beberapa tahun terakhir justru menyeberang ke Lebanon, Jordania, dan Turki. Kini mereka pergi lebih jauh lagi, Eropa.
BBC pekan lalu melaporkan, kemakmuran dan kedekatan negara-negara Arab Teluk dengan Suriah telah menimbulkan banyak pertanyaan soal apakah mereka punya kewajiban lebih besar ketimbang negara-negara Eropa. Pertanyaan itu muncul dalamhashtag #Welcoming_Syria's_refugees_is_a_Gulf_duty di media sosial Twitter berbahasa Arab.
Sebuah laman Facebook bernama The Syrian Community in Denmark berbagi video yang menggambarkan pengungsi diperbolehkan masuk Austria lewat Hongaria, dan membuat pengguna lain bertanya, "Mengapa mereka kabur dari wilayah saudara-saudara kita sesama Muslim, yang seharusnya lebih bertanggung jawab, ketimbang ke negara-negara yang mereka sebut sebagai "negara kafir"?" Pengguna lain menjawab, "Saya bersumpah atas nama Allah yang Maha Perkasa, orang-orang Arab itulah yang kafir."