Sebanyak tujuh ABK disandera ASG, pembebasannya sedang diupayakan.
Kapal itu diserang pada 21 Juni 2016 saat berlayar melintasi selat antara Pulau Sulu dan Pulau Basilan.
Padahal, jalur aman yang disarankan adalah melalui selat antara Zamboanga dan Pulau Basilan.
Mantan petinggi Badan Intelijen Strategis (Bais) Mayjen (Purn) Sudrajat mengatakan, untuk mengatasi kondisi keamanan yang buruk tidak bisa hanya dilakukan pendekatan keamanan.
"Secara sosial ekonomi, kawasan itu juga harus dibangun. Langkah membuka akses ekonomi dan transportasi dari Kalimantan Utara dan Sulawesi Utara ke Filipina selatan merupakan langkah bijak," kata Sudrajat.
Mantan Kepala BAIS Laksamana (Purn) Soleman Ponto mengatakan, untuk mengatasi Abu Sayyaf, berbagai pilihan harus dipertimbangkan. Namun, keselamatan sandera WNI tetap prioritas.