News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

WNI Disandera Abu Sayyaf

Warga Filipina Dipenggal, Tentara Ngamuk Bunuh Enam Militan Abu Sayyaf

Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang prajurit marinir Filipina bersenjata berat bersiaga di salah satu sudut kota Zamboanga, Filipina selatan.

TRIBUNNEWS.COM, MANILA – Pasukan keamanan Filipina telah membunuh enam militan anggota kelompok Abu Sayyaf, Jumat (26/8/2016).

Militer Filipina mengatakan, di antara yang tewas ada satu militan yang terlibat penculikan dua warga Kanada yang telah dieksekusi di Filipina selatan beberapa waktu lalu.

Seorang juru bicara militer Filipina mengatakan, tentara terlibat bentrokan bersenjata dengan 100 anggota gang penculik Abu Sayyaf, seperti dilaporkan Agence France-Presse.

Militer melancarkan serangan terbarunya setelah Presiden Rodrigo Duterte memerintahkan “penghancuran” kelompok militan pasca pemenggalan satu warga Filipina, dua hari lalu.

Pada April dan Juni lalu, pemberontak Abu Sayyaf memenggal dua turis Kanada setelah permintaan uang tebusan tidak dipenuhi.

Dua warga Kanada itu termasuk di antara empat orang yang diculik militan Abu Sayyaf dari sebuah resor tepi pantai di Pulau Samal, September 2015.

“Kami telah menemukan mayat (enam militan). Salah satunya adalah pemimpin sub-kelompok Abu Sayyaf yang terlibat penculikan di Samal," kata juru bicara militer wilayah Filipina selatan, Mayor Filemon Tan.

Tan mengatakan, 17 tentara terluka dalam aksi baku tembak dengan kelompok militan Abu Sayyaf. 

Militer sedang melacak para sandera, termasuk seorang warga Norwegia yang diculik bersama warga Kanada yang telah tewas dan warga Filipina yang telah dibebaskan Juni lalu.

Abu Sayyaf masih menyandera seorang warga Belanda yang  diculik pada tahun 2012 dan lima pelaut Indonesia yang diculik dari laut lepas dalam beberapa bulan terakhir, kata Tan.

Presiden Duterte, yang mulai menjabat pada 30 Juni 2016, awalnya menginginkan perdamaian dengan Abu Sayyaf.

Sikap Duterte menjadi keras setelah kelompok itu terus melakukan penculikan dan pemenggalan kepala para sandera.

Militer mengatakan, Rabu (24/8/2016), Abu Sayyaf memenggal tawanan Filipina berusia 19 tahun setelah permintaan uang tebusan tidak terpenuhi. Polisi menemukan kepalanya di Sulu.

Menanggapi insiden itu, Duterte bersumpah pada hari Kamis (25/8/2016) untuk memusnahkan kelompok tersebut.

"Saya berpesan kepada polisi dan angkatan bersenjata, cari mencari mereka di sarang mereka dan hancurkan mereka," kata Duterte.

Tuntutan serupa dari para pemimpin Filipina sebelumnya juga tidak dipenuhi Abu Sayyaf.(Pascal S Bin Saju)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini