News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Duterte Akan Bahas Perdamaian Dengan Misuari, Tapi Ada Perintah Penangkapannya

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto ini diambil pada 28 Mei lalu, yang menunjukkan pimpipnan Front Pembebasan Nasional Moro Nur Misuari (Tengah) diwawancarai di markasnya di Pegunungan Indanan, Jolo (AFP)

TRIBUNNEWS.COM, MANILA - Presiden Filipina Rodrigo Duterte dan Pendiri dan pimpinan Moro National Liberation Front (MNLF) Nur Misuari dijadwalkan bertemu minggu depan di tengah upaya pemerintah melakukan damai dengan pemberontak.

"Dipimpin oleh Misuari akan dilakukan di Jolo minggu depan dan kami akan mulai berbicara upaya damai," kata Duterte dalam sebuah pidato di Kongres Nasional pisang 2016 di Davao City, Jumat (7/10/2016).

Presiden Duterte tidak memberikan keterangan lebih lanjut rincian pertemuan mereka pekan depan.

Dia juga sebelumnya mengatakan memilih berbicara dengan Misuari daripada membuang-buang uang pemerintah untuk terus melakukan pertempuran dengan pemberontak.

Namun telah beredar surat perintah penangkapan terhadap Misuari atas tuduhan pemberontakan.

Atas hal itu masih belum diperoleh konfirmasi lebih lanjut terkait kebenaran beredarnya surat perintah penangkapan pimpinan Moro tersebut.

MNLF pertama muncul pada awal 1970an untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Moro, didirikan oleh Nur Misuari.

Pada 1976, kelompok tersebut menandatangani perjanjian damai dengan pemerintah Manila, namun kesepakatan tersebut tak bertahan.

Perjanjian lain, yang ditandatangani pada 1996 memberikan status daerah otonomi untuk kawasan yang banyak didiami penganut Islam, dengan nama Daerah Otonomi Mindanao Muslim, ARMM.

Daerah otonomi itu terdiri dari pulau utama Maguindanao dan Lanao del Sur, serta provinsi kepulauan Sulu, Tawi-Tawi dan Basilan.

Sebagai bagian dari kesepakatan, pendiri dan ketua MNLF, Nur Misuari, ditunjuk sebagai gubernur.

Namun kekuasaannya berakhir pada November 2001, saat dia berusaha memimpin pemberontakan, dan gagal, dan kemudian dipenjara. Pemimpin MNLF lain, Parouk Hussin, kemudian menjadi gubernur ARMM pada 2002.

Pada Februari 2005, pendukung setia Misuari melancarkan serangkaian serangan terhadap tentara di Jolo, pulau terbesar di Kepulauan Sulu.

Pemicunya diduga adalah berlangsungnya operasi militer besar-besaran yang menyasar kelompok muslim bersenjata Abu Sayyaf - yang diduga memiliki kaitan dengan faksi Misuari.

Pada 2007, Misuari diangkat lagi menjadi ketua MNLF, dan pada bulan Agustus tahun yang sama, kelompok tersebut mengaku bertanggungjawab atas penyergapan terhadap tentara di Jolo yang menyebabkan 60 orang tewas.

Namun MNLF disebut sudah semakin lemah, dan banyak faksi yang memisahkan diri.

Salah satu faksi yang melepaskan diri adalah Front Pembebasan Islam Moro, MILF, pada 1977.

MILF lebih berfokus pada akar Islam, sehingga banyak tokoh seniornya adalah ulama. (Inquirer/BBC)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini