TRIBUNNEWS.COM - Episode pembunuhan Kim Jong Nam, yang merupakan saudara tiri pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, memasuki babak baru.
VOA News menyebut, kepolisian Malaysia telah menangkap satu lagi wanita yang diduga menjadi pelaku pembunuhan dengan meracuni Kim Jong Nam yang terjadi di Bandara Internasional Kuala Lumpur itu.
Yang mengejutkan, Kepolisian Kerajaan Malaysia menyatakan perempuan tersebut berpaspor Indonesia.
Diberitakan media Malaysia The Star, Kamis (16/2), Inspektur Jenderal Polisi Tan Sri Khalid Abu Bakar mengatakan dalam paspor itu wanita tersebut tertulis bernama Siti Aisyah.
"Berdasarkan paspornya, dia berasal dari Serang di Indonesia," kata Abu Bakar.
Aishah ditahan pada Kamis dini hari. Menurut Abu Bakar, Aisyah adalah wanita yang tertangkap kamera CCTV di bandara Kuala Lumpur usai Jong Nam mengaku sakit.
Paspor yang dipegang wanita tersebut dikeluarkan imigrasi Serang, Banten.
Tertulis pula, wanita itu lahir pada 11 February 1992, di Serang, Indonesia.
Pembunuh Kim Jong Nam tertangkap di kamera CCTV. (Foto: Istimewa)
Tak ada lagi informasi tambahan yang disampaikan kepolisian.
Tertangkapnya wanita ini setelah polisi melacak rekaman CCTV di bandara.
Menurut kepolisian, wanita tersebut sedang sendirian ketika ditangkap.
Penyelidikan terhadap Siti Aisyah masih dilanjutkan kata Inspektur Jenderal Polisi Malaysia, Sri Khalid bin Abu Bakar.
Sebelumnya, Kim Jong-Nam (46), yang diketahui sebagai kakak tiri diktator Korea Utara Kim Jong-Un, dilaporkan tewas dibunuh di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Selasa (14/2/2017).
Kepolisian Malaysia kini tengah memburu pelaku pembunuhan tersebut, dengan melacak rekaman kamera CCTV di sekitar tempat kejadian.
Pelakunya sungguh mengejutkan, yakni dua orang wanita cantik.
Kedua wanita itu melakukan pembunuhan dengan cepat dan sepertinya mereka memang sudah merencanakan aksi ini.
Seorang wanita diyakini menyemprotkan racun ke Kim Jong-Nam lewat sebuah pulpen yang telah dimodifikasi khusus.
Sementara wanita lain, membekap wajah Kim Jong-Nam dengan sapu tangan selama 10 detik.
Diyakini, kedua wanita itu kabur menumpang taksi setelah membunuh Kim Jong-Nam.
Meski demikian, modus pembunuhan juga belum jelas.
Ada teori lain yang menyebut Kim Jong-Nam dibunuh dengan jarum beracun.
Kim Jong-Nam sendiri berada di Bandara Kuala Lumpur saat hendak terbang menuju ke Macau.
Ketua Polisi Sepang, Asisten Komisioner Abdul Aziz Ali mengatakan, korban sempat dibawa ke rumah sakit, tapi kemudian tewas dalam perjalanan.
Menurut laporan Kepala Kepolisian Selangor, Datuk Mat Abdul Samah, Kim Jong Nam mengalami irtasi hebat di mata saat dibawa ke rumah sakit.
Sementara itu, pimpinan kantor berita ABC News di Seoul, Korea Selatan, Joohee Cho, menyebut pihaknya menerima informasi bila pelaku pembunuhan ditemukan tewas oleh polisi.
Sejumlah kantor berita di Korsel menyebut desas-desus dua wanita cantik itu adalah agen rahasia dari Korea Utara.
Sebelumnya, memang berhembus spekulasi Kim Jong-Nam sudah lama menjadi target dari kakaknya sendiri, Kim Jong-Un.
Kim Jong -Un dan Kim Jong-Nam adalah saudara tiri.
Mereka satu ayah dari Kim Jong-Il, tapi berbeda ibu.
Ibu Kim Jong-Nam adalah Song Hye-rim, artis Korut yang menjadi istri muda Kim Jong Il.
Sejak pamannya, Jang Song-thaek, dibunuh oleh rezim Kim Jong-Un pada 2014, Kim Jong-Nam diduga kabur bersembunyi di Malaysia.
Kim Jong-Nam dikenal sebagai playboy dan sering berfoya-foya di negara-negara Asia Tenggara dan sekitarnya.
Bahkan, menurut The Sun, pada 2014, Kim Jong-nam pernah terlihat makan di sebuah restoran Italia di Jakarta!
Pemerhati krisis Korea di Washington, Mark Tokola, memang sudah lama mengetahui bahwa Kim Jong-Nam dan Kim Jong-Il tak pernah akur.
Kim Jong-Nam bahkan diyakini sudah mempersiapkan rencana untuk menggulingkan Kim Jong-Un dari tampuk kekuasaanya.
Mark Tokola mengaku akan terkejut bila pelaku pembunuhan Kim Jong Nam bukanlah atas perintah Kim Jong-Un.
Ini mengingat Jong-Un, beberapa kali dilaporkan berencana membunuh adik tirinya itu.
Bahkan, sudah jadi rahasia umum, bila Kim Jong-Un sangat paranoid terhadap orang-orang yang berencana menggulingkannya.(Fahrizal Fahmi Daulay)