Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Hutang Indonesia ditargetkan 28% dari GDP (Gross Domestic Product) dianggap masih normal biasa saja.
Tapi lebih penting lagi siapa pemilik surat hutang Indonesia mungkin bisa diungkapkan pemerintah Indonesia.
"Jepang walaupun dengan hutang terhadap GDP mencapai 229%, tetapi obligasi pemerintah Jepang (JGB) sedikitnya 90% di dalam negeri Jepang tidak ke luar Jepang, 90% dimiliki masyarakat Jepang sehingga berputar-putar di dalam Jepang saja. Kemudian jumlah tabungan masyarakat Jepang sangat besar sekali mencapai sekitar 21 triliun dolar AS. Hal-hal inilah yang membuat perekonomian Jepang selalu stabil di tengah pergolakan ekonomi dunia dari dulu hingga sekarang," papar Toru Nishihama, Kepala Ekonomis Badan Penelitian Daiichi Life Tokyo Japan khusus kepada Tribunnews.com Kamis (23/2/2017) ini.
Oleh karena itu Nishihama berharap mungkin pemerintah Indonesia dapat mengungkapkan dua hal tersebut secara jelas kepada masyarakat Indonesia, baik pemilik surat hutang (obligasi pemerintah Indonesia) siapa pemiliknya, warga Indonesia atau di pegang orang asing, perusahaan asing, serta berapa jumlah tabungan masyarakatnya saat ini.
"Apabila kedua hal tersebut kuat solid besar sekali angkanya yang dimiliki rakyat Indonesia, jelas perekonomian Indonesia akan stabil terus, terjauhkan dari guncangan apa pun. Tetapi kalau kepemilikanb mayoritas dipegang asing, bahaya sekali saat terjadi guncangan perekonomian dunia nantinya."
Dengan demikian, tambahnya, rasio hutang atas GDP (Gross Domestic Product) sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri dan bukan pula jaminan apa pun, karena rasio tersebut juga besar di Malaysia yang mencapai sekitar 60% dan China mencapai sekitar 35%.
"Bahkan Jepang dengan rasio di atas 200% tetap stabil, tetapi karena surat hutangnya di atas 90% dimiliki orang Jepang dan tabungannya luar biasa besar sekali sekitar 21 triliun dolar AS," paparnya lagi mengulangi.
Tabungan rakyat Jepang yang sekarang juga bisa dicairkan setiap waktu itu sekitar 9 triliun dolar AS berada di tabungan pos dan sisanya disimpan rakyat Jepang di berbagai bank yang ada di Jepang (bank dalam negeri milik Jepang).
Bahkan dari pengalaman Tribunnews.com selama 30 tahun di Jepang melihat ada warga Jepang yang menyimpan miliaran yen tunai di rumahnya sendiri.
Mengapa? Karena disimpan di bank pun bunganya hanya sekitar 0,001% per tahun atau praktis nol persen per tahun, seolah tak bergerak saldonya.
Tapi kalau dimasukkan ke bank, uang transpor ambil uang saja jauh lebih besar daripada bunga bank, yang artinya malah rugi uang ditaruh di bank. Tak heran banyak uang tunai disimpan di rumah warga Jepang masing-masing.