"Saat tiba-tiba dia mengatakan 'Reince adalah seorang bintang', saya sangat kebingungan. Ketika kamera menyorot wajah 'Reince' barulah saya paham apa yang dikatakannya," ujar Miwako merujuk Reince Preibus ketua komite nasional Partai Republik.
Hal sulit lainnya adalah ketika seseorang mulai menyampaikan kalimat-kalimat rasialis. Itulah pengalaman Kumiko Torikai yang berhenti menjadi penerjemah pada 1980-an.
"Sebagai interpreter, pekerjaan saya adalah menerjemahkan kata-kata pembicara seakurat mungkin, tak peduli sekasar apa yang dia katakan," ujar Kumiko.
"Saya harus mengesampingkan emosi personal dan menjadi si pembicara. Hal ini sangat sulit karena tak diizinkan menunjukkan penilaian kita sendiri terkait apa yang benar dan apa yang salah. Itulah sebabnya saya berhenti," kata dia.
Jadi, menurut Kumiko, jika Trump berbicara tak masuk akal, maka penerjemah tak perlu memusingkannya.
"Jika kata-katanya kasar, terjemahkanlah apa adanya," dia menegaskan.
Sumber : Japan Times