TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Insiden apartemen kebakaran di London, Inggris, dikabarkan sudah menewaskan sebanyak 30 orang.
Kepolisian, Jumat (16/6/2017), merilis informasi baru terkait insiden itu, menyusul protes warga atas lambatnya pemberitahuan informasi soal itu.
Komandan Kepolisian Metropolitan London, Stuart Cundy, mengonfirmasi bahwa sebanyak 30 orang telah tewas akibat kebakaran tersebut.
"Sayangnya, saya meyakini jumlah ini akan terus bertambah," ucap Stuart Cundy.
Diyakini pula bahwa sekitar 70 orang dinyatakan hilang sejak kebakaran tersebut, yang dikhawatirkan kepolisian dapat mengacaukan upaya identifikasi korban.
Kobaran api di apartemen Grenfell Tower itu dikatakan sudah dipadamkan sejak dua hari setelah kebakaran tersebut, namun tetap lokasi itu dianggap masih berisiko bahaya.
"Bangunan apartemen itu sendiri masih berbahaya. Akan butuh waktu bagi tim ahli kami, baik dari kepolisian atau pemadam kebakaran London, untuk melakukan pencarian penuh di gedung itu," jelas Stuart Cundy.
Stuart Cundy juga berjanji bahwa kepolisian akan mencari jawaban atas penyebab kebakaran tersebut.
Atas protes warga terhadap lambatnya pemberitahuan informasi terkait kebakaran itu, Stuart Cundy mengaku memang kepolisian mengalami kesulitan untuk mengetahui jumlah korban.
Hal itu disebabkan oleh ketidaktahuan akan berapa jumlah pasti orang yang telah hilang dalam insiden tersebut.
Stuart Cundy pun meminta agar warga yang merasa anggota keluarganya hilang dalam insiden itu segera melapor kepada kepolisian.
Kebakaran dahsyat menimpa Grenfell Tower, sebuah gedung apartemen 27 lantai di London, Inggris, Rabu (14/6/2017) waktu setempat.
Lebih dari 200 pemadam kebakaran menangani kobaran api yang melahap gedung tersebut.
Sebelumnya dilaporkan korban tewas adalah 17 orang. (The Guardian)