Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Prestasi PT Jakarta Propertindo yang bisa menyelesaikan proyek light rail transit (LRT) dalam satu setengah tahun berkualitas baik tampaknya diharapkan jadi motivasi investor asing ikut berinvestasi di Jakarta pula.
"Saat ini kita menyelesaikan 3 proyek dalam kaitan Asian Games dan LRT dapat diselesaikan satu tengah tahun, lebih cepat dari jadwal, tetapi berkualitas baik," papar Direktur Utama PT Jakarta Propertindo, Satya Heragandhi khusus kepada Tribunnews.com Selasa ini (20/2/2018).
Dari Jepang Satya juga akan ke Korea untuk mengecek persiapan keretanya pula.
"Dua tahun lalu sebenarnya kita pernah mengundang Jepang untuk ikut serta dalam proyek ini tetapi mungkin karena berbenturan dengan proyek teknologi canggih Jakarta-Bandung tersebut, high speed train, mungkin mereka tak tertarik untuk ikut serta, padahal teknologi kereta api Jepang baik sekali," tambahnya.
Di tahap berikutnya Satya berharap Jepang bisa ikut serta dalam pembangunan perkereta apian di Indonesia khususnya di proyek LRT yang dibangun oleh Jakpro.
Pada hakekatnya proyek Jakpro terbuka bagi siapa saja.
"Proyek di Jakarta bisa bangun satu setengah tahun selesaikan LRT dengan kualitas bagus tentu diharapkan bisa jadi contoh bagi siapa saja bahwa hal ini dapat dilakukan di Jakarta," tambahnya.
Selain itu Jakpro juga sedang membangun waste to energy antara lain untuk penanganan 7000 ton sampah per hari.
"Dan Jakpro khususnya menangani 2200 ton yang kita kelola. Semuanya tentu kita tak mampu karena tinggi sampah di bantar gerbang sudah mencapai 38 meter itu sama seperti tinggi sebuah apartemen," tekannya lagi.
Proyek Air bersih juga jadi pekerjaan Jakpro di mana air bersih masih dirasakan kurang di Jakarta.
"Saat ini sekitar 5000-9000 liter per detik. Kita butuh water treatment di Jakarta lebih banyak lagi untuyk masyarakat."
Hal lain adalah dijital ekonomi di DKI Jakarta perlu diperluas.
"Generasi muda semua bicara bisnis di dijital ekonomi. Olehkarena itu infrastruktur harus selesaikan dari sekarang."
Upaya deal perusahaan yang besar umumnya langsung dilakukan Jakpro misalnya kepada NEC.
"Untuk waste teknologi yang menguasai ini seperti Hitachi dan Mitsubishi. Karena kita bergerak banyak di infrastruktur memang perusahaan skala kecil menengah tidak jadi sasaran kita," ungkapnya lebih lanjut.