TRIBUNNEWS.COM - Krisis Suriah kian pelik.
Kini, masalah terbesar bukan lagi soal konflik antara pemerintahan Suriah pimpinan Bashar Al Ashad dan milisi pemberontak.
Tapi malah meruncing ke ancaman perang dahsyat antara dua raksasa, Amerika Serikat dan Rusia.
Amerika punya misi memberangus pemerintah Suriah yang mereka anggap membantai rakyat sendiri.
Sementara Rusia mendukung Pemerintah Suriah menumpas para pemberontak.
Konflik kian panas setelah Rusia mengancam, untuk menembak setiap misil yang ditembakkan pasukan Amerika ke Suriah.
Tak hanya misil, mereka juga mengingatkan untuk menvari asal misil tersebut, dan meledakkannya sekalian.
Berangus hingga ke akar-akarnya.
Presiden AS, Donald Trump, tak mau kalah.
Lewat Twitter, dia berjanji akan mengirim pasukan besar-besaran untuk menghajar Suriah, bila ada misil Amerika yang ditembak.
Dia pun coba memperkeruh suasana, dengan menyebut hubungan Amerika dan Rusia saat ini adalah yang terburuk dalam sejarah, bahkan lebih buruk dari masa Perang Dingin.
Rusia memang cukup berani menggertak Amerika.
Sejumlah kalangan menyebut, negara pimpinan Vladimir Putin ini punya lebih dari cukup persenjataan militer untuk pede menantang Amerika.
Satu senjata pamungkas Rusia, bahkan disebut sebagai senjata yang bikin Amerika masih pikir-pikir untuk langsung menghajar Suriah.
Senjata tersebut adalah rudal antiserangan udara, S-400.
Tak hanya bisa menembak jatuh rudal kiriman musuh, rudal S-400 bisa menembak kapal perang dan pesawat tempur.
Begitu menakutkannya rudal ini, sehingga bisa membuat pesawat-pesawat canggih Amerika, rontok dalam jarak 400 km!
Yang lebih mencengangkan, dalam satu kali aksi, S-400 bisa melumpuhkan 80 target sekaligus.
Seberapa cepat rudal ini? Kecepatannya bisa melaju hingga sekitar 16.000 km/jam!
Karena begitu canggih, rudal ini memang begitu mahal.
The Daily Mail melaporkan, pemerintah Rusia sempat menawarkan rudal ini ke Iran dan Turki, dengan harga Rp 5,5 triliun per unit, atau nyaris setara dengan 3 unit pesawat tempur tercanggih Amerika, F22 Raptor.
Rudal S-400 sudah dibawa pemerintah Rusia di Suriah pada 2015.
Konon, rudal ini yang menjadi alasan mengapa Amerika belum berani mengerahkan semua kekuatan untuk menundukkan rezim Assad. (*)