Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, ABU DHABI - Kota Abu Dhabi di Uni Emirat Arab memiliki pesona tersendiri untuk wisata religi.
Kota ini menjadi tempat berdirinya masjid terbesar ketiga di dunia, setelah Mekkah dan Madinah, di Arab Saudi.
Masjid terbesar yang terletak di kota ini dinamakan sama seperti Presiden pertama Uni Emirat Arab (UEA), almarhum Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan.
Almarhum Sheikh Zayed telah memilih lokasi didirikannya masjid itu dan ia juga memberikan pengaruh besar pada arsitektur serta desain bangunan tersebut.
Berdasarkan visi sang Sheikh, masjid itu dibangun dengan ketinggian 11 meter di atas permukaan laut dan 9,5 meter di atas permukaan tanah, sehingga bangunan itu terlihat jelas dari semua arah.
Dikutip dari laman Abudhabi.ae, Selasa (29/5/2018), Masjid Agung Sheikh Zayed dibangun sebagai monumen untuk mengkonsolidasikan budaya Islam dan pusat terkemuka untuk kajian ilmu Islam.
Sesuai keinginannya, masjid tersebut juga menjadi tempat peristirahatan terakhirnya sat wafat pada 2004 lalu.
Pada saat pembangunan masjid itu, Sheikh Zayed meminta agar masjid itu didirikan di jantung kota Abu Dhabi, antara Jembatan Musaffah dan Jembatan Maqta.
Pembangunan proyek senilai AED 2,5 miliar itu pun dimulai pada akhir 1996.
Sekira 38 perusahaan kontraktor dan sekira 3.500 pekerja telah membantu mewujudkan kompleks ibadah tersebut selama hampir 12 tahun.
Baca: Begini Rasa Gundah yang Membuncah di Benak Bos First Travel Jelang Pembacaan Vonis Hari Ini
Pada 20 Desember 2007, masjid itu awalnya dibuka untuk umum dan untuk acara doa bersama. Acara doa bersama kali pertama diadakan di hadapan Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan , Presiden UEA.
Masjid tersebut memiliki cakupan area seluas 22,412 meter oersegi.
Terdapat total 82 kubah yang digunakan dalam pembangunan masjid, sedangkan kubah utamanya dianggap sebagai kubah masjid terbesar di dunia dengan tinggi 85 meter dan diameter 32,8 meter.
Masjid Agung Sheikh Zayed bisa menampung sekira 41 ribu jamaah.
Sementara aula utamanya bisa menampung 7.126 jamaah.
Desainnya pun sangat unik, setelah selesai dengan fase pertama yakni pembangunan menggunakan material struktur beton, masjid itu akhirnya diberikan sentuhan hiasan marmer putih yang dibawa dari Yunani dan Italia.
Marmer putih Yunani dan Italia memang dikenal sebagai marmer yang paling murni di dunia.
Baca: Rupanya Ini Otak di Balik Penculikan Anak Jaksa yang Gemparkan Warga Kota Kupang
Sementara untuk desain interiornya, penulis kaligrafi dari Uni Emirat Arab, Suriah dan Yordania mencoba mengadaptasi karya seniman dari seluruh dunia.
Ayat-ayat dari Al-Qur'an pun ditulis dalam tiga jenis kaligrafi Arab.
Interior masjid agung itu dihias secara menakjubkan dan menampilkan tanaman unik serta ayat-ayat suci Al-Qur'an yang dirancang khusus untuk interior masjid.
Selain itu, para desainer juga menggunakan mozaik untuk menutupi seluruh halaman seluas 17 ribu meter persegi itu.
Foro: (rubytourismdubai.com) Halaman Masjid Agung Sheikh Zayed yang memiliki desain mozaik.
Dengan demikian bagian itu dianggap sebagai ruang terbuka terbesar dibandingkan masjid-masjid lainnya di seluruh dunia.
Sejumlah perusahaan besar berskala internasional yang berfokus pada pembuatan lampu kristal pun menghiasi masjid agung tersebut dengan tujuh lampu gantung berlapis emas dalam berbagai ukuran.
Interior lainnya yang menakjubkan dari masjid tersebut adalah lebih dari 5.625 meter persegi karpet digelar untuk melapisi lantai di aula utama.
Pembuatan karpet di masjid ini dikerjakan oleh 1.300 pengrajin asal Iran menggunakan 35 ton benang wol dan 12 ton kapas.
Untuk bagian alas masjid itu, sebanyak 25 warna alami digunakan dalam pembuatan karpet tersebut.
Hijau menjadi warna yang dominan digunakan lantaran merupakan favorit almarhum Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan.
Jika anda tertarik berkunjung, Masjid Agung Sheikh Zayed tersebut terbuka untuk umat Islam yang mau beribadah dan berdoa sepanjang hari.
Sementara untuk pengunjung non muslim, waktu kunjungan dibatasi yakni mulai pukul 09.00 hingga 22.00 waktu setempat setiap harinya kecuali pada Jumat pagi.
Perubahan waktu juga terjadi pada saat bulan Ramadan seperti saat ini.
Para pengunjung bisa melakukan tur dan akan didampingi pemandu yang disediakan oleh Otoritas Pariwisata dan Budaya Abu Dhabi (TCA).