News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Dampak Gempa Jepang, Perawat Berdiri di Atap Rumah Sakit, Antrean Pompa Bensin hingga Konbini Ludes

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dua perawat di atas gedung rumah sakit mengimbau permintaan bahan bakar untuk menyalakan mesin pembangkit listrik guna menghidupkan listrik dalam rumah sakit yang umumnya dihuni sekitar 70 persen lansia.

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo di Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Gempa besar magnitudo 6,7 yang terjadi Kamis (7/9/2018) jam 03.08 pagi ternyata menghantam banyak tempat di kota terbesar di Hokkaido, Jepang.

Pusat gempa berada di Iburi Hokkaido dengan kedalaman 37 kilometer di bawah tanah atau, satu jam perjalanan mobil ke Sapporo.

Jalanan di daerah Mizutaku Sapporo berantakan turun naik seperti gunung. Padahal awalnya rata semua.

Akibatnya ada manhole (lubang kel uar masuk orang untuk sewerage/saluran pembuangan) tampak naik ke atas satu meter, padahal sebenarnya tanah jalanan aspal yang turun satu meter.

Toko-toko jualan makanan laut dan lainnya tutup di Hakkodate.

Lampu mati total pertama kali dalam sejarah Hokkaido juga memberikan dampak besar bagi Hokkaido terutama Sapporo kota terbesar di Hokkaido.

Dua perawat pun beraksi di atas gedung rumah sakit memegang poster bertuliskan Nenryo atau bahan bakar.

Baca: Mengintip Cara Jepang Menghidupkan Kembali Listrik Pasca Black Out Akibat Gempa Bumi

Mereka butuh bahan bakar untuk menyalakan diesel pembangkit listrik internal bagi keperluan rumah sakit yang 70 persen pasiennya adalah para lansia Jepang.

"Akhirnya sebagian dipindahkan ke rumah sakit lebih besar yang ada listrik," ungkap seorang perawat tersebut.

Daerah Mizutaku Sapporo yang semula jalan rata mendadak jadi jalan tanjakan karena tanah melesak ke dalam sekitar satu meter. (Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo)

Deretan mobil sangat panjang di Sapporo jadi pemandangan baru, antre bensin untuk bahan bakar diesel masing-masing rumah guna menghidupkan listrik masing-masing serta keperluan lain pakai bensin.

Tak kalah ramah adalah antrean ke konbini (convenient store) sehingga makanan minuman semua habis ludes di Sapporo berjaga-jaga darurat seandainya pulih kembali makan waktu lama.

Toko jualan lain barang elektrik terutama baterai dan mencari senter atau lampu petromaks banyak diborong sehingga habis.

Baca: Black Out Pertama Kali di Hokkaido Jepang, Kejahatan Muncul saat Listrik Padam

Toko-toko jualan makanan laut dan lainnya tutup di Hakkodate

Lampu mati satu-satunya penerangan menggunakan lampu petromaks atau senter lampu baterai.

"Kita banyak belajar saat gempa besar di Tohoku 11 Maret 2011 di mana akhirnya banyak penderitaan terjadi karena kekurangan kebutuhan hidup baik makana, minuman, listrik tak ada dan sebagainya. Makanya kita borong hal-hal tersebut untuk berjaga waktu panjang sampai pulih kembali," kata Kitagawa seorang warga Sapporo kepada Tribunnews.com, Jumat (7/9/2018).

Toko-toko pinggir jalan berjualan makanan laut juga kewalahan.

"Kepiting saya bisa mati harganya seekor 20.000 yen, karena tak ada udara air dan udara dari listrik, padahal listrik mati, parah deh pusing saya," ungkap Utsunomiya, seorang penjual kepiting dan makanan laut di Sapporo.

Manhole, saluran pembuangan air yang seolah mencuat ke atas, padahal sebenarnya tanah melesak ke dalam sedalam kira-kira satu meter. (Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo)

Kereta api di Hokkaido sempat terhenti hingga pagi ini.

Namun rencananya Jumat ini hanya Shinkansen (kereta peluru) yang bergerak operasional menuju Pulau Honshu, sedangkan kereta api biasa masih tertunda.

Demikian pula Bandara Shin-Chitose di Sapporo berhenti total kemarin dan Jumat siang ini mulai dibuka kembali penerbangan dalam dan luar negeri.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini