Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, ISTANBUL - Sekitar 200 orang berkumpul di Istanbul, Turki untuk memberikan penghormatan terhadap Jurnalis senior Arab Saudi Jamal Khashoggi yang terbunuh.
Mereka menuntut keadilan atas pembunuhan sadis yang terjadi pada Oktober lalu itu.
Dikutip dari laman Al Jazeera, Senin (12/11/2018), para pendukung tersebut bertemu dan berbincang pada hari Minggu kemarin untuk melihat karya Khashoggi yang tewas dibunuh di dalam Konsulat Arab Saudi di Istanbul saat hendak mengurus dokumen untuk menikahi tunangannya, wanita asal Turki, Hatice Cengiz yang turut hadir dalam momen tersebut.
Sementara itu, Kepala Asosiasi Media Turki-Arab, Turan Kislakci menyerukan keadilan bagi Khashoggi, "Sehingga tiran barbar ini tidak akan pernah melakukan hal yang sama lagi,".
Kemudian seorang Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Yaman Tawakkol Karman yang telah memenangkan Nobel Perdamaian pada 2011 lalu dalam partisipasinya terkait pemberontakan Musim Semi Arab, mengatakan bahwa pembunuhan tersebut mengingatkannya pada kejahatan yang dilakukan oleh ISIS.
Baca: Menlu Inggris Terbang Ke Arab Saudi Bicarakan Kasus Khashoggi dengan Raja Salman
Perlu diketahui, Arab Saudi telah beberapa kali mengubah narasinya terkait pembunuhan terhadap Khashoggi.
Pernyataan berubah-ubah itu disampaikan di tengah kecaman dunia internasional yang selama ini skeptis atau tidak percaya terhadap apa yang disampaikan oleh negara teluk tersebut.
Selama dua pekan, Arab Saudi bersikeras menyatakan bahwa Khashoggi telah meninggalkan Konsulat saat dugaan menghilangnya pria itu secara misterius semakin menguat.
Negara tersebut kemudian mencoba mengubah pernyataannya.
Mereka akhirnya mengakui bahwa pria yang telah menjadi Jurnalis sekitar 30 tahun itu tewas dalam perkelahian yang terjadi di dalam gedung Konsulat.
Namun pernyataan tersebut kembali berubah, negara kaya minyak itu akhirnya mengakui Khashoggi tewas dalam aksi yang disebut sebagai pembunuhan berencana.
Kendati demikian, Arab Saudi enggan disalahkan lantaran mereka mengklaim Khashoggi tewas dalam operasi yang dilakukan tanpa persetujuan.
Perlu diketahui, Jamal Khashoggi merupakan Wartawan yang 'rajin' mengkritisi tiap kebijakan yag dibuat oleh Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammad bin Salman (MBS).
Khashoggi pun akhirnya melarikan diri ke Amerika Serikat (AS) untuk menghindari kekejaman yang bisa saja dilakukan terhadap dirinya, karena ia menilai sosok yang selama ini dikritiknya merupakan tokoh yang dikenal 'anti kritik'.
Dalam pengasingannya di AS, ia kemudian bekerja sebagai seorang Kolumnis pada media ternama negara itu, The Washington Post.
Kritikan demi kritikan terus ia sampaikan melalui tulisannya, hingga akhirnya dunia mengenalnya sebagai Wartawan sekaligus Kritikus yang terbunuh di dalam gedung Konsulat Arab Saudi di Istanbul.