Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Yoshiki Takao, Associate Professor Universitas Mie mengungkapkan meski sama-sama menyelinap masuk ke rumah orang tanpa diketahui, namun antara pencuri dan ninja memiliki perbedaan yang jelas.
"Kalau pencuri itu tidak punya moral, tetapi ninja punya moral tidak asal masuk dan punya tujuan lebih besar untuk mengabdi dan mematuhi apa yang diperintahkan atasannya," kata Yoshiki Takao, Associate Professor Universitas Mie kepada Tribunnews.com, Sabtu (1/12/2018).
Ahli Ninja Takao kelahiran Kota Chiba, Februari 1974 itu memperkenalkan penemuan barunya dokumen kontrak antara ninja dengan atasan atau gurunya yang dibuat 300 tahun lalu sekitar tahun 1716.
Kontrak berisi sumpah seorang ninja untuk tidak membocorkan rahasia keahlian kelompok itu dalam melakukan spionase dan sabotase.
Bila membocorkan akan menerima pembalasan dari para dewa selama beberapa generasi.
Baca: Gading Marten Curhat Soal Gempita Noura Marten, Roy Marten: Lebih Baik Ikut Ibunya
Kontrak ditulis berisi enam pasal oleh Inosuke Kizu. Lalu dititipkan kepada Nagai yang dianggap sebagai muridnya.
Kizu adalah seorang Ninja dari klan Iga, sebuah kota pegunungan di dekat ibu kota kekaisaran kuno, kini berada di dalam Perfektur Mie.
Janjinya tidak akan membocorkan rahasia Ninja termasuk kepada keluarganya (ayah anak ibu) serta tidak akan melakukan kejahatan dengan ilmunya tersebut, kecuali atas perintah atasannya.
Baca: Apa Sih Makanan Seorang Ninja Jepang?
Ninja sangat loyal kepada atasannya dan bersedia mati demi menjaga kehidupan sang pemimpin.
Dokumen yang sangat langka ini, Ninja menjadi pegawai masyarakat yang memberikan layanan keamanan dan mengumpulkan informasi.
Janji Kizu yang lain untuk melapor kepada seniornya setiap ditemukan keahlian, alat, atau senjata baru yang belum tercantum dalam "Bansenshukai", semacam ensiklopedia (buku manual) rahasia para Ninja yang dibuat pada abad ke-17.
"Penemuan dan bukti adanya Bansenshukai itulah yang pertama kali ditemukan di dunia walaupun dalam bentuk sederhana, tiga pasal plus tiga pasal lain mengenai menjaga kerahasiaan sebagai Ninja," tambahnya.
Menurut Takao, hal itu menunjukkan bahwa Bansenshukai dipakai sebagai buku teks para Ninja.
Konten buku yang terdiri dari beberapa volume itu sudah dibuka kepada masyarakat.
Tetapi tradisi para Ninja tetap menjadi rahasia penting yang tak terungkap karena hanya ditularkan dari mulut ke mulut.
Dokumen janji itu merupakan salah satu dari 130 dokumen kuno yang ditinggalkan oleh keluarga Kizu dan kini disimpan di universitas Mie Jepang.
"5 dekade silam, keberadaan dokumen sumpah setia itu sudah diungkap di Jepang, tetapi baru ditemukan aslinya sekarang," kata Takao.
Inosuke Kizu yang membuah sumpah itu, adalah Ninja terakhir generasi kelima dari keluarga Kizu.
"Dokumen tersebut diyakini dikembalikan kepada keluarganya setelah Inosuke meninggal," kata Takao.
Sementara Pusat Penelitian Ninja memiliki kantor di Iga, sekitar 350 kilometer dari Tokyo.
Salah satu proyeknya adalah melakukan reproduksi warisan dan tradisi Ninja, termasuk makanan dan alat yang mereka pakai.
"Di Universitas Mie sendiri baru-baru ini terbentuk jurusan Ninja yang kini memiliki tiga murid mahasiswa di bagian Ninja. Semuanya lelaki, yang punya minat besar untuk belajar Ninja. Mereka bercita-cita membantu pusat penelitian Ninja tersebut," tambah Takao.
Kini ninja menjadi bagian dari promosi Perfektur Mie terutama Kota Iga untuk mengundang wisatawan lebih banyak lagi ke Jepang khususnya ke Perfektur Mie.