Dan bukan hanya keamanan pangan dan layanan kesehatan yang hancur berantakan, bahkan memakamkan seseorang telah menjadi hampir tidak mungkin.
Anak laki-laki Maria Errazo tewas dibunuh di daerah kumuh tempatnya tinggal pada Kamis lalu, ketika pemadaman pertama kali terjadi. Sejak itu, jasadnya disimpan di kamar mayat Bello Monte.
Dengan kebanyakan kantor pemerintah tutup sejak Kamis siang, Errazo belum bisa mendapatkan dokumen yang dibutuhkan untuk melihat jasad anaknya atau melepasnya untuk dimakamkan.
Dan karena segelintir kantor yang buka tidak dapat mencetak atau terhubung ke internet, perempuan itu juga belum menerima konfirmasi resmi tentang bagaimana anaknya terbunuh.
Tapi bahkan jika Errazo bisa membawa anaknya pulang, ia tidak mampu membayar pemakamannya. Hiperinflasi yang tak terkendali di Venezuela telah menghapus nilai sedikit tabungan yang ia punya dalam Bolivar.
"Kita tidak punya uang," katanya dengan tegar, tentang ketidakmampuannya untuk memakamkan anaknya sendiri. Bank-bank tutup dan hampir tidak ada jaringan telepon seluler.
"Saya bahkan tidak bisa menelepon untuk berusaha menemukan solusi," ujarnya.
Ketika malam tiba, kami mendapat informasi bahwa toserba yang kami kunjungi di pagi harinya sedang dijarah.
Kami buru-buru ke sana, tiba tepat waktu untuk menyaksikan puluhan warga lokal ditahan dan ibu, istri, dan anak mereka histeris dengan amarah pada Garda Nasional.
"Kami harus bagaimana?" teriak seorang perempuan kepada petugas. "Cucu kami sekarat karena kelaparan."