Mayor Jenderal Viktor Kosarev mengatakan, tindakan petugas itu mendiskreditkan kepolisian.
"Seorang polisi harus dapat membuat keputusan berdasarkan informasi. Polisi harus secara kompeten menilai situasi dan dapat menyelesaikan konflik secraa damai, apalagi pada anak-anak," kata Kosarev.
"Saat itu, polisi tersebut memang dalam keadaan sangat mabuk dan bertindak salah," lanjutnya.
Akhir-akhir ini, perilaku polisi di Rusia sedang menjadi sorotan.
Misalnya, ada polisi yang melakukan penangkapan massal selama pawai untuk mendukung seorang jurnalis investigasi di Rusia.
Sebelumnya, jurnalis tersebut ditahan atas tuduhan narkoba dan pemukulan.
Kelompok hak-hak sipil mengatakan, lebih dari 400 orang ditangkap dalam pawai awal Juni silam.
Polisi tersebut mengklaim, jurnalis tersebut memiliki narkoba untuk diserahkan kepadanya.
Penangkapannya pun memicu kemarahan di seluruh negeri.
Dia kemudian dibebaskan tanpa tuduhan.
Selain itu, sebuah laporan bulan Juni mengungkapkan, satu dari 10 orang di Rusia telah mengalami penyiksaan oleh polisi.
Pusat independen Levada mensurvei 3.400 warga Rusia di 53 wilayah.
Hasilnua, 40 persen responden mengatakan mereka pernah disiksa polisi.
Namun, mereka beranggapan bahwa penyiksaan tersebut membantu menyelesaikan kejahatan.
Sementara itu, tiga perempat responden yang mengklaim telah disiksa mengatakan, polisi menggunakan kekerasan untuk mempermalukan dan mengintimidasi mereka.
Sepertiga responden mengatakan kekerasan itu dijatuhkan sebagai hukuman.
Bahkan, terdapat sebuah survei yang membuktikan bahwa petugas penegak hukum sering menggunakan kekerasan terhadap tahanan.
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)