Tes itu membuat mereka dalam keadaan sangat tertekan.
Menurut Cruelty Free International (CFI), uji coba itu dilakukan dengan cara meracuni hewan untuk melihat seberapa banyak bahan kimia atau obat yang bisa menyebabkan bahaya.
Uji coba itu dilakukan untuk mengukur dosis yang "aman" bagi manusia nantinya.
CFI mengklaim hewan-hewan itu diinjeksikan, atau disuruh makan, atau disuruh menghirup substansi dalam jumlah tertentu untuk mengukur efek racun.
Baca: Fadli Zon Disebut Bakal Jadi Menteri Jokowi, Dahnil Anzar Beri Bocoran Ini
Efek yang bisa terjadi pada hewan-hewan itu adalah muntah, pendarahan dalam, gangguan pernapasan, demam, penurunan berat badan, lesu, masalah kulit, kegagalan organ, dan bahkan kematian.
CFI menyebut hewan-hewan itu tidak diberi pereda sakit atau anestesi.
Pekerja yang melakukan penyamaran itu mengatakan staf lab bukanlah penjaga hewan yang terlatih.
Mereka juga sering melakukan kekerasan terhadap hewan.
CFI mengatakan mereka menyaksikan anjing beagle berdarah setelah percobaan di mana pipa dipaksa turun tenggorokan mereka ketika mereka diberi kapsul.
Atas kejadian ini, Michelle Thew, kepala eksekutif CFI, menyerukan agar hukum di Uni Eropa diubah.
Baca: Nekat Masuk Kandang Singa, Turis Wanita Ini Jadi Buruan Polisi
Ia mengatakan: "Penyelidikan kami telah mengungkap penderitaan hewan yang mengerikan, perawatan yang tidak memadai, praktik buruk dan pelanggaran hukum Eropa dan Jerman.
"Kami menyerukan agar LPT ditutup.
"Kami juga menyerukan peninjauan komprehensif tentang penggunaan hewan dalam pengujian toksisitas peraturan di Eropa, termasuk Inggris.
"Setiap penyelidikan, menunjukkan kisah penderitaan dan pengabaian hukum yang serupa."
Sebuah petisi online di change.org dibuat oleh aktivis Carolin Iding meminta LPT ditutup.