TRIBUNNEWS.COM - Kisah wanita 24 tahun dengan berat badan 21 kilogram di China bergitu menyayat hati.
Kondisi ini terjadi karena wanita bernama Wu Huayuan itu terlalu menghemat pengeluarannya.
Wu akhirnya menjalani perawatan sejak akhir Oktober 2019 silam.
Namun pada akhirnya Wu menghembuskan napas terakhirnya pada Senin (13/1/2020) sore.
Dilansir World of Buzz, Wu batal menjalani operasi karena beratnya kurang dari 30 kilogram.
Kabar terbaru menyebutkan, seorang anggota keluarga mengungkapkan kepada media China bahwa ada platform amal palsu.
Platform amal ini menggunakan nama Wu Huayan untuk mengumpulkan dana tanpa sepengetahuan mereka.
Hingga kini, keberadaan pemilik akun donasi palsu itu masih belum diketahui.
Mengutip Oriental daily, pihak keluarga mengungkapkan bahwa Wu sesungguhnya tidak pernah berpikir untuk meminta bantuan online.
Namun karena dorongan dari kerabat, dan teman-temanya, Wu akhirnya memutuskan untuk menggalang dana secara online.
Melalui sebuah platform, Wu berharap dapat mengumpulkan 200.000 yuan atau sekitar Rp 400 juta.
Setelah kisah Wu viral, beberapa platform amal menghubunginya untuk mengumpulkan uang untuknya, termasuk '9958 Children’s Emergency Rescue Center'.
'9958 Children’s Emergency Rescue Center' meminta 800.000 yuan atau sekitar Rp 1,5 miliar pada platform kesejahteraan masyarakat tanpa sepengetahuan Wu.
Hanya dalam 5 hari, sekitar 600.000 yuan atau sekitar Rp 1,1 miliar telah dikumpulkan.
Anehnya, platform itu kembali meluncurkan penggalangan dana amal lain sebesar 400.000 yuan atau sekitar Rp 792 juta atas nama Wu Huayan di platform kesejahteraan umum lainnya.
Sama seperti sebelumnya, dengan cepat platform ini mencapai tujuannya.
Platform tersebut menjelaskan dalam laporan update online-nya bahwa 6 persen dari jumlah penggalangan dana akan digunakan sebagai biaya pelaksanaan proyek.
Yang membuat keluarga Wu Huayan marah adalah bahwa oknum ini mengklaim telah menyerahkan 450.000 yuan atau sekitar Rp 891 juta kepada Wu Huayan.
Keluarga Wu Huayan mengatakan bahwa meskipun pihak lain mengirim seseorang ke rumah sakit, mereka menolak karena uangnya cukup.
Keluarga Wu sangat mengkritik oknum tidak bertanggung jawab yang telah menipu publik.
Dia juga mengungkapkan bahwa Wu sangat sedih setelah mengetahui kejadian itu.
Padahal di awal kisahnya viral, Wu Huayan sempat membuat pernyataan berterima kasih kepada warga membantunya.
Wu juga menekankan bahwa biaya pengobatan yang diharapkan telah tercapai maka penggalangan dana akan dihentikan.
Yatim Piyatu Sejak 19 Tahun
Sejak usia empat tahun, Wu Huayuan sudah tidak memiliki ibu.
Di tahun 2014, ayahnya menghembuskan napas terakhir akibat penyakit sirosis yang telah lama dideritanya.
Semenjak itu Wu Huayuan dan adik laki-lakinya menjadi yatim piatu.
Kehidupannya semakin berat karena sang adik menderita penyakit mental.
Wu Huayuan dan adiknya bertahan hidup dari subsidi pemerintah sebesar 1.290 Yuan atau sekitar Rp 2,5 juta per bulan.
Demi menghemat uang, Wu Huayuan tak pernah sarapan.
Ia hanya makan siang dengan roti, sedangkan untuk makan malam Wu hanya makan nasi dengan saus cabai atau bubuk lada.
Cara itu harus ia lakukan karena ia membatasi pengeluarannya untuk makannya sebesar 2 Yuan atau sekitar Rp 4 ribu per hari.
Sisa uang yang ia miliki digunakan untuk kebutuhan lainnya termasuk biaya pengobatan sang adik.
Sayangnya kerabatnya yang lain juga memiliki kondisi ekonomi yang pas-pasan, sehingga tak bisa memberikan bantuan secara materi.
Dampak dari semua itu, di usia 24 tahun tubuhnya bak seorang anak kecil.
Wu mengalami kondisi kekurangan gizi, berat badannya hanya mencapai 21 kilogram dan tinggi 135 sentimeter.
Kondisi ini juga membuat Wu kehilangan banyak rambut pada tubuhnya termasuk rambut alis.
Sebenarnya Wu kerap jatuh sakit, namun ia sengaja tak mengobati penyakitnya.
Alasannya karena ia tak ingin kehabisan uang untuk mengobati dirinya sendiri.
Ketika ia jatuh sakit, Wu hanya membeli obat murah yang ada di apotek.
Pengobatan yang dibutuhkan oleh saudaranya membuat Wu harus mengumpulkan uang sebanyak 5.000 Yuan atau sekitar Rp 10 juta.
"Saya telah kehilangan orang tua saya. Saudaraku adalah satu-satunya saudara yang saya miliki, saya tidak sanggup kehilangannya," ujar Wu dikutip dari situs HK01.
Beruntung setelah satu tahun merawatnya, penyakit mental yang diderita sang adik bisa dikendalikan.
Wu tak pernah menyerah dengan kemiskinan, ia tetap optimis bisa meraih mimipinya.
Kecerdasan dan sifat ambisius Wu berhasil membuatnya mendapatkan pinjaman mahasiswa.
Wu melanjutkan pendidikannya di sebuah Universitas di Guizhou mengambil jurusan ekonomi.
Di tahun ketiga, Wu kembali dihadapkan pada masalah keuangan.
Uang pinjaman yang ia miliki tidak cukup untuk menutupi pengeluarannya.
Wu harus mencari dua pekerjaan sekaligus hanya untuk mendapatkan lebih banyak uang.
Ia bekerja sebagai seorang asistes petugas kebersihan dan mengajar.
Dari pekerjaannya itu, Wu hanya bisa memperoleh penghasilan sebesar 600 yuan saja.
Kisah pilu ini menjadi sorotan ketika kesehatannya semakin bertambah buruk.
Bahkan untuk berjalan sejauh 40 meter saja Wu mengalami kesulitan.
Akibat kondisinya itu ia harus menjalani perawatan di rumah sakit.
Para dokter yang menangani Wu mengatan bahwa ia memiliki masalah jantung karena tubuhnya mengalami kekurangan gizi.
Bahkan dokter mengatakan jika Wu membutuhkan tindakan pembedahan untuk penyembuhan.
Pembedahan tersebut membutuhkan biaya sebesar 200 ribu Yuan atau sekitar Rp 400 juta.
Wu tetap menolak menjalani operasi pembedahan dengan alasan biaya.
Beruntung teman-teman dan kerabatanya terus bertekad untuk menyembuhkan kodisi Wu.
Mereka membagikan kisah pilu Wu melalui situs crowdfunding.
Berawal dari situlah kisah Wu viral di media sosial.
Banyak pihak yang mebantu kesembuhan Wu dengan sukarela.
Meski sang adik menderita penyakit mental, ia bertekad untuk bisa bekerja di dinas sosial.
Dengan begitu ia bisa membantu mengumpulkan uang untuk kesembuhan saudaranya.
Menutip laman Sin Chew, salah satu dari mereka bahkan menyumbangkan setengah dari gaji bulanannya untuk biaya medis Wu.
Dia sangat tersentuh oleh amal orang asing meskipun orang-orang baik ini tidak mengenal Wu secara langsung.
Wu akhirnya menghembuskan napas terakhirnya pada Senin (13/1/2020) sore.
Sebelum dia meninggal, dia berharap bahwa dia dapat melanjutkan studinya.
Dengan begitu ia dapat mencari nafkah dengan usahanya sendiri.
Momen terakhir Wu bersama keluarganya adalah saat ia merayakan Tahun Baru.
(Tribunnews.com/Bunga)