TRIBUNNEWS.COM - Jumlah lorban meninggal dunia akibat merebaknya virus corona terus bertambah.
Dikutip dari thewuhanvirus.com, virus yang muncul pertama kali di Kota Wuhan, China ini telah menewaskan 362 orang.
Jumlah tersebut mengalami peningkatan dari sebelumnya 304 orang pada Minggu (2/2/2020).
Virus yang mirip dengan Sindrom Pernapasan Akut Parah atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) ini telah menginfeksi sekira 17.387 orang dari yang sebelumnya 14.548 orang.
Namun, ada sekira 487 orang dinyatakan sembuh dari virus corona.
Jumlah pasien sembuh dari virus corona juga mengalami peningkatan dari sebelumnya 332 orang pada Minggu.
Hampir semua kematian terjadi di Hubei, tempat dimana virus tersebut muncul pertama kali di pasar hewan di Wuhan.
Namun, Filipina telah melaporkan kematian pertama di luar China akibat virus corona pada Minggu.
Virus corona ini memiliki masa inkubasi 14 hari.
Tanda-tanda terjangkit virus corona bisa menyebar sebelum gejala muncul.
Sejak pertama kali diumumkan pada 31 Desember 2019, virus ini telah menyebar hingga ke 27 negara.
Ke 27 negara tersebut, yakni China, Jepang, Thailand, Singapura, Hong Kong, Australia, Korea Selatan, Taiwan.
Jerman, Amerika Serikat, Malaysia, Makau, Perancis, Vietnam, Kanada, Uni Emirat Arab, Italia, Rusia.
Inggris, Nepal, Kamboja, Spanyol, Piliphina, Finlandia, Swedia, India, dan Sri Lanka.
Dikutip dari Reuters, akibat penyebaran virus corona ini, pasar saham dan komoditas China turun tajam pada Senin (3/2/2020).
Hal tersebut terjadi lantaran, investor tidak mau mengambil risiko.
Ini juga sebagai respons terhadap meningkatnya kekhawatiran tentang penyebaran virus corona baru di seluruh China.
Shanghai Composite index, SSEC turun 8 persen pada level terendah sejak Februari 2019.
Jika kerugian terus berlanjut, maka akan menjadi penurunan harian terbesar sejak 2015.
Tak hanya itu, komoditas yang diperdagangkan di Shanghai juga jatuh, menyusul penurunan global.
Minyak mentah Shanghai ISCCv1, biji besi Dalian DCIOCv1 dan tembaga Shanghai SCFCv1 semuanya turun dengan batas hariannya.
Dikutip dari Reuters, akibat penyebaran virus corona ini, China tengah menghadapi puncak keterasingan.
Hal tersebut lantaran negara-negara lain melakukan pembatasan perjalanan, maskapai menunda penerbangan, dan pemerintah mengevakuasi warganya.
Hal tersebut berisiko memperburuk pelambatan ekonomi terbesar kedua di dunia.
27 negara telah meloporkan lebih dari 130 kasus, namun belum ada yang fatal.
Sebagian dari mereka adalah orang yang baru-baru ini bepergian ke atau berkunjung dari Hubei.
World Health Organization (WHO) telah menyatakan wabah virus corona sebagai darurat kesehatan global pada Jumat (31/1/2020).
Meski demikan, WHO mengatakan pembatasan perdagangan dna perjalanan global tidak diperlukan.
Namun, beberapa negara merespons kekhawatiran penyebaran virus corona dengan meningkatkan kontrol perbatasan.
Singapura, Amerika Serikat dan Australia telah mengumumkan untuk melarang warga negara asing yang baru-baru ini berada di China memasuki wilayah mereka.
Sementara Rusia telah memberlakukan pembatasan visa dan akan mulai mengevakuasi warga Rusia.
Jerman telah melakukan evakuasi terhadap lebih dari 100 orang warganya pada Sabtu (1/2/2020).
Selain itu, Indonesia hari ini Minggu (2/2/2020) juga melakukan evakuasi kepada 243 WNI.
Sementara itu, Amerika Serikat telah mengonfirmasi kasus kedelapan dari virus corona di negara tersebut, Sabtu.
Pentagon mengatakan, akan menyediakan perumahan bagi orang-orang yang datang dari luar negeri yang mungkin perlu dikarantina.
Negara ini juga telah memperkenalkan karantina wajib bagi warga yang datang dari Hubei.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana Saputri)