Berita kematian remaja itu pertama kali beredar di intranet China ketika Dami & Xiaomi, sebuah platform WeChat yang mengadvokasi keluarga anak-anak penyandang cacat intelektual.
Dalam hal itu menerbitkan laporan yang mengklaim bahwa Yan Cheng telah meninggal setelah ditinggal sendirian di rumah selama enam hari.
Menurut laporan itu, ayah Yan Cheng, Yan Xiaowen, membawa kedua putranya kembali ke kota Huahe pada 17 Januari untuk merayakan Tahun Baru Imlek.
Namun, tiga hari setelah kembali ke rumah, Yan Xiaowen terserang demam.
Laporan itu kemudian mengklaim bahwa Yan dan putra bungsunya dikirim ke tempat karantina untuk diisolasi karena diduga telah terinfeksi virus corona.
Namun, Yan Cheng ditinggalkan sendirian di rumah karena ia tidak menunjukkan gejala virus apa pun.
Menurut Dami & Xiaomi, pemerintah setempat mengklaim remaja itu makan pada 24 dan 26 Januari.
Selain itu, bibi Yan Cheng mengatakan, memberi makan Yan pada 23 dan 24 Januari ketika dia mengunjunginya.
Dia bahkan telah membantu mengganti popok Yan Cheng pada kunjungan keduanya.
Namun, karena dia merasa tidak enak badan beberapa hari berikutnya, dia berhenti mengunjunginya.
Ketika dia kembali lagi pada 28 Januari, dia menganggap bahwa kondisinya telah memburuk.
"Dia berbaring tanpa bantal di kepalanya," ungkapnya kepada Dami & Xiaomi.
"Saya menyeka mulut dan wajahnya bersih, mengganti popoknya, memberinya setengah cangkir air dan nasi sebelum dia menolak untuk makan lagi."
Dami & Xiaomi juga memposting tangkapan layar dari sebuah pos yang diduga ditulis oleh ayah remaja itu.