Dalam beberapa minggu di bulan Januari, para pejabat di Wuhan berkeras bahwa penularan hanya terjadi pada orang yang melakukan kontak dengan hewan yang tertular.
Tak ada panduan diterbitkan untuk melindungi dokter yang merawat.
Namun seminggu sesudah kunjungan polisi, Dr Li merawat seorang perempuan yang menderita glaukoma. Ia tak tahu bahwa pasiennya itu terinfeksi virus corona.
Dalam unggahannya di Weibo ia menggambarkan bahwa pada tanggal 10 Januari ia mulai batuk-batuk.
Di hari berikutnya ia demam dan dua hari kemudian ia dirawat di rumah sakit.
Kedua orang tuanya juga sakit dan dirawat.
Baru sepuluh hari kemudian pada 20 Januari, China mengumumkan keadaan darurat akibat wabah.
Dr Li mengatakan ia menjalani tes beberapa kali untuk virus corona dan semuanya negatif.
Tanggal 30 Januari ia mengunggah lagi: "Hari ini, tes asam nukleus hasilnya positif. Akhirnya ada kejelasan."
Ia menambahkan unggahannya dengan emoji anjing yang matanya mendelik dan lidah menjulur.
Unggahan itu segera mendapat ribuan komentar dukungan.
"Dr Li Wenliang adalah seorang pahlawan," kata seorang pengguna, sembari khawatir terhadap perlakukan terhadap Dr Li dari negaranya sendiri.
"Di masa depan, bisa jadi dokter akan takut untuk menyatakan peringatan dini ketika mereka melihat tanda-tanda penyakit menular."
"Kesehatan publik membutuhkan puluhan juta orang seperti Li Wenliang." kata satu komentar.(*)