Serangan roket itu adalah yang ke-22 terhadap kepentingan militer AS di negara itu sejak akhir Oktober, kata seorang komandan militer Irak.
Baca: Anggota Kelompok Maluku Satu Rasa Tewas Dikeroyok Orang Tak Dikenal di Diskotek Pentagon Surabaya
Baca: Luncurkan Agriculture War Room, Mentan Sebut Fasilitas Ini Mirip Gedung Pentagon AS
Baca: Sunda Empire Klaim PBB & Pentagon Lahir di Bandung, Rangga: Sejarah Diplesetkan Sejak Zaman Soekarno
Baca: Petinggi Sunda Empire Sebut PBB, Pentagon hingga NATO Lahir di Bandung, Roy Suryo: Kacau Ini Halu
Ketegangan Iran-Amerika Serikat
Pada akhir Desember 2019, AS menuduh faksi yang selaras dengan Iran Kataib Hezbollah membunuh seorang kontraktor AS di sebuah pangkalan di Irak utara.
Ini menanggapi dengan serangan udara di Irak barat yang menewaskan 25 pejuang kelompok itu.
Beberapa hari kemudian, sebuah pesawat tak berawak AS membunuh komandan senior Iran Qassem Soleimani dan komandan milisi Abu Mahdi al-Muhandis di dekat bandara Baghdad.
Iran kemudian melancarkan serangannya sendiri di pangkalan Irak barat, meninggalkan puluhan tentara AS menderita trauma otak.
Irak memiliki hubungan dekat dengan Iran dan AS selama bertahun-tahun.
Kini telah berada dalam posisi yang semakin sulit oleh ketegangan yang meningkat di antara keduanya.
Pada bulan Januari, anggota parlemen Irak memilih untuk mengusir semua pasukan asing dari Irak sebagai reaksi atas pembunuhan Soleimani dan Muhandi.
Sekitar 5.200 tentara AS ditempatkan di Irak sebagai bagian dari koalisi yang dibentuk pada 2014 untuk melawan kelompok bersenjata ISIL (ISIS).
Sementara ISIL telah kehilangan semua wilayah luas yang pernah dipegangnya di Irak dan Suriah, sel-sel yang tidur tetap mampu melakukan serangan di kedua sisi perbatasan.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)