TRIBUNNEWS.COM - Seorang ilmuwan di pemerintahan Amerika Serikat (AS), Rick Bright, mengaku dipecat dari posisinya karena tidak sepaham dengan Presiden Donald Trump.
Hal tersebut berkaitan dengan anti-malaria, hydroxychloroquine.
Trump mendesak Bright memasok hydroxychloroquine untuk pengobatan Covid-19, namun dirinya menentang hal tersebut karena obat itu belum terbukti aman.
Mengutip New York Times, Bright mengatakan para pejabat tinggi pemerintahan kerap menekannya untuk mengalokasikan ratusan juta dolar kepada seorang klien, hasil dari koneksi pemerintah.
Baca: China Bantah Tuduhan Jajaran Donald Trump soal Virus Corona Berasal dari Lab Wuhan
Baca: Donald Trump Emosional saat Sebut 3 Temannya Meninggal Akibat Virus Corona: Ini Mengerikan!
Rick Bright merupakan direktur Biomedis Penelitian dan Pengembangan Otoritas Lanjutan Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan sebelum dipecat pada April lalu.
Dalam pengaduan resminya, Brick mengatakan pihaknya memprotes adanya kronisme dan penyalahgunaan kontrak sejak 2017 silam.
Sebagai informasi, kronisme adalah perilaku kecenderungan untuk memihak atau memberi kemudahan pada teman, keluarga, atau rekan dekat.
Biasanya aksi ini dilakukan di dalam bidang politik terutama yang memiliki posisi tertentu.
Dalam pengaduan itu tertulis, kontrak yang diragukan ditujukan kepada perusahaan yang menggunakan koneksi politik ke administrasi.
Termasuk di dalamnya menyebut perusahaan obat yang berhubungan dengan teman menantu Trump dan penasihat senior, Jared Kushner.
Bright mengaku dipecat atasannya dengan dalih upaya ini dilakukan untuk memprioritaskan ilmu pengetahuan dan bukan kepentingan politik.
Sebanyak 89 lembar aduan Bright diajukan ke Office of Special Counsel, yang terkenal melindungi para pengungkap kontroversi di federal.
Pihak Office of Special Counsel mengatakan, Bright sedang menghadapi pertentangan dari atasannya termasuk Sekretaris Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Alex M. Azar II.
Desakan dari Alex terjadi ketika Bright awal Januari lalu mendesak untuk segera mengembangkan obat-obatan dan vaksin untuk Covid-19.