Melihat tragedi menyedihkan ini, membuat pemerintah menuai banyak kritik dari oposisi dan aktivis.
Menurut mereka, pemerintah tidak membantu para pekerja migran ini agar bisa pulang ke rumahnya di tengah lockdown ini.
Jaringan kereta api India adalah salah satu yang terbesar di dunia.
Setiap harinya kereta India membawa sekitar 23 juta penumpang.
Sejatinya kecelakaan semacam ini kerap terjadi di negara Hindu ini.
Biasanya yang disalahkan adalah faktor manusia itu sendiri atau kondisi lokomotif yang tidak terurus.
Sebuah laporan pemerintah pada 2012 silam menggambarkan hilangnya 15.000 penumpang akibat kecelakaan kereta api setiap tahunnya di India hingga disebut pembantaian.
Sebelumnya, tragedi yang menewaskan belasan orang di India juga terjadi beberapa hari yang lalu.
Setidaknya 11 orang dipastikan tewas dan ratusan lainnya dirawat di rumah sakit setelah kebocoran gas di pabrik LG Polymers.
Dimana pabrik milik Korea Selatan ini berada di dekat sebuah desa dengan sedikitnya 3.000 populasi di pinggiran kota Visakhapatnam.
Mengutip CNN, hampir 1.000 orang terpapar langsung ke gas dan sekitar 20-25 orang dalam kondisi kritis tetapi stabil, menurut Kamal Kishore dari Otoritas Manajemen Bencana Nasional.
Baca: Seribu Warga India Terpapar Gas Beracun, 11 Tewas, Ratusan Ditangani Medis
Baca: India Longgarkan Lockdown Meski Infeksi Virus Corona Meningkat
Gas tersebut telah diidentifikasi sebagai Styrene, cairan mudah terbakar yang digunakan untuk membuat berbagai produk industri, termasuk polystyrene, fiberglass, karet, dan lateks.
"Ketika kami tiba di tempat itu banyak orang terbaring di tanah tak sadarkan diri dan kami mengevakuasi sekitar 1.000 orang dan membawa mereka ke rumah sakit," kata Tej Bharath, seorang pejabat senior distrik Vishakhapatnam.
Ada 10.000 orang di dalam area yang terkena dampak kebocoran gas dan sekitar 5.000 telah dievakuasi.
Perkembangan terkini, situasi di area terkontaminasi berhasil dikendalikan tim tanggap bencana.
"Secara keseluruhan situasinya terkendali. Sekarang, situasinya adalah rehabilitasi dan perawatan," kata Pradhan, direktur jenderal NDRF.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)