TRIBUNNEWS.COM - Kerusuhan di AS setelah kematian pria kulit hitam di Minnesota masih berlanjut.
Dikutip dari Al Jazeera, lebih dari 10.000 orang telah ditangkap dalam protes tersebut.
Sebagaiamana diketahui, kematian George Floyd, pria tak bersenjata yang tewas di tangan polisi mengguncang AS, protes di berbagai wilayah meletus.
Setelah kematian George Floyd, empat petugas polisi Minneapolis, Minnesota yang terlibat dalam kematian Floyd telah didakwa.
Mereka yakni, Derek Chauvin, yang menindih leher George Floyd dengan lututnya, didakwa dengan pembunuhan tingkat dua.
Baca: Ceraikan Derek Chauvin, Kellie Chauvin Tak Akan Tuntut Bantuan Finansial Apapun
Baca: Bintang Film Dewasa Ngaku Sempat Diturunkan dari Pesawat setelah Pidato soal George Floyd
Derek Chauvin juga mengahadapi tuduhan percobaan pembunuhan tingkat dua.
Tiga anggota polisi lainnya juga dituduh membantu dan bersekongkol dengan pembunuhan dan percobaan pembunuhan tingkat dua.
Terkait kerusuhan yang terjadi di AS, Presiden Donald Trumo ditegur mantan Menteri Pertahannya, James Mattis.
James Mattis mengatakan, dia sedang mencoba menabur perpecahan.
Secara terpisah, Kepala Pertahanan Trump saat ini, Mark Esper, mengatakan, ia menentang ancaman Trump untuk mengirim militer guna memadamkan kerusuhan tersebut.
Baca: Kerusuhan Terjadi di AS Akibat Kematian George Floyd, Ini Reaksi Berbagai Negara Dunia
Baca: Apple Store Dijarah Oknum Demonstran Kasus George Floyd, Apple Lakukan Balas Dendam Cerdik
Di tempat lain, beberapa kota besar mengurangi atau memberlakukan jam malam selama beberapa hari terakhir.
Ketika protes kematian George Floyd berlanjut, polisi dengan pakaian anti huru-hara 'menyerang' kerumunan, sekira 1.000 pengunjuk rasa yang menentang jam malam lokal di New York Brooklyn.
Meski pun secara damai, para demonstran dan wartawan dipukuli saat mereka bergegas mencari perlindungan di tengah hujan lebat.
Meghan Markel Sesalkan Anak-anak Harus Tumbuh di Dunia yang Masih Ada Rasisme