India mengatakan 20 prajuritnya tewas dalam bentrokan dengan pasukan China.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Zhao Lijian mengatakan dalam sebuah briefing di Beijing pada Senin (22/6/2020), bahwa kedua belah pihak berada dalam komunikasi melalui saluran diplomatik dan militer.
Banyak warga di India meminta pemerintah nasionalis PM Narendra Modi untuk menunjukkan mereka tidak akan diganggu.
Ini mengingat penghinaan yang dialami India dalam Perang di perbatasan melawan China pada 1962.
Anggota asosiasi pedagang India membakar barang China di pasar New Delhi, guna mendorong boikot nasional produk yang dibuat di China.
Konfederasi dari semua pedagang India (CAIT), yang mewakili anggota 70 juta pedagang, telah meminta pemerintah federal dan negara bagian untuk mendukung boikot barang China dan membatalkan kontrak pemerintah yang diberikan kepada perusahaan Negeri Tirai Bambu.
"Seluruh negara ini dipenuhi dengan amarah terhadap China dan semua merespon tidak hanya secara militer tetapi juga secara ekonomi," kata Sekretaris Jenderal Nasional CAIT Praveen Khandelwal menulis dalam sepucuk surat kepada kepal Menteri dari beberapa negara bagian India.
Di Maharashtra yang makmur, pemerintah mengatakan menunda tiga rencana investasi, termasuk dari Great Wall Motor Co.
"Dalam lingkungan saat ini kita akan menunggu pemerintah federal untuk mengumumkan kebijakan yang jelas mengenai proyek ini," kata Menteri industri Subhash Desai.
China adalah mitra dagang terbesar kedua India, dengan nilai perdagangan bilataeral 87.000.000.000 dolar AS, pada tahun fiskal yang berakhir Maret 2019.
Pemimpin redaksi Surat Kabar Global Times di China memperingatkan bahwa "para nasionalis India harus mendinginkan".
" PDB China lima kali lipat dari India, belanja militer tiga kali lipat," ujar editor Global Times, Hu Xijin.
Global Times diterbitkan oleh People's Daily, Surat Kabar resmi dari Partai Komunis China yang berkuasa. (Reuters/Aljazeera/Swarajya/NDTV/AP/AFP))