"Saya memiliki puluhan ribu gaun, yang semuanya telah disimpan sejak akhir tahun lalu," kata Huang.
Huang pertama kali mencoba untuk menjual di pasar grosir dan toko-toko eceran Guangzhou, tetapi ia tidak banyak membantu.
Setelah adanya dukungan terhadap keberadaan PKL oleh Perdana Menteri Li Keqiang, Huang mulai menjajal berjualan di jalanan.
Apa yang dialami Huang juga dialami oleh para pengusaha lainnya di China.
Awalnya para pengusaha ini berharap pemulihan ekonomi segera terjadi.
Namun, harapan itu nampaknya sirna karena pandemi secara globar masih terjadi.
"Semua orang menantikan pemulihan ekspor, tetapi kami sekarang menemukan bahwa itu adalah mimpi ketika kami menyaksikan kasus coronavirus terus naik secara global," kata Huang.
"Sementara itu, kami tidak dapat melakukan pembayaran untuk tetap mengoperasikan pabrik kami, karena kami kehabisan uang tunai."
Baca: Update Corona di Maluku 20 Juli: 613 Kesembuhan, Total Kasus 979
Liang Lu, asosiasi produsen di Dongguan menunjukkan deretan produsen yang terpaksa harus tutup.
Penjualan di pasar grosir pakaian tersebut telah merana.
“Minggu lalu, sebuah pabrik kaus kaki datang kepada kami untuk membantu mempromosikan penjualan 4 juta pasangan yang tidak terjual, dan minggu ini sebuah pabrik alas kaki datang dengan puluhan ribu pasang sahamnya senilai 16 juta yuan (US $ 2,29 juta), ”kata Liang.
"Banyak barang yang dibuat untuk ekspor hanya menumpuk di gudang pabrik," ujar dia.
(Tribunnews.com/Daryono)