News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Dampak Corona, Bos-bos Garmen di China Nekat Jadi PKL agar Bisa Jual Pakaian Mereka

Penulis: Daryono
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Simak update corona 13 April 2020 di dunia, Inggris telah melampaui China. Sementara jumlah pasien sembuh di Jerman mencapai 60 ribu.

TRIBUNNEWS.COM - Pandemi virus Corona yang membuat krisis ekonomi menyebabkan bos-bos pabrik di China bantir stir menjadi Pedagang Kaki Lima (PKL) demi menjual produknya.

Huan Weijie, seorang pemilik pabrik garmen di provinsi Guangdong, kota pusat produksi dan ekspor China, menjual baju-baju produksi pabriknya dengan menggunakan mobil dan menjualnya langsung di jalanan.

Tidak hanya Huan, pabrik-pabrik kecil lainnya di China melakukan hal serupa.

Keberadaan PKL di China sendiri sebenarnya mirip dengan apa yang ada di Indonesia.

Mereka sering diusir oleh petugas Chengguan, semacam Satpol PP di Indonesia, karena dianggap menyebabkan kekacauan dalam penataan kota.

Namun, bulan lalu, pemerintah sepertinya akan merubah kebijakan yang tidak pro PKL tersebut karena adanya pandemi.

Baca: 305 Pedagang Pasar Positif Corona, IKAPPI Soroti Pasifnya Edukasi Pemprov DKI

Perdana Menteri Li Keqiang, pemimpin paling senior kedua di China, memuji kota Chengdu di provinsi Sichuan karena menciptakan 100.000 pekerjaan dengan mengizinkan 36.000 kios jalanan di kota tersebut. 

Bagi Huan, apa yang disampaikan PM Li Kegiang adalah angin segar baginya. 

Ia terpaksa menjadi PKL dan menjual produknya langsung karena pandemi menyebabkan terhentinya ekspor dan pesanan dalam negeri. 

Jika tak menjadi PKL, ia tak bisa bertahan hidup. 

“Saya berpikir untuk menutup pabrik (untuk selamanya), tetapi dukungan Li Keqiang untuk ekonomi pedagang kaki lima mengilhami saya untuk mencoba cara baru ini," ujar dia sebagaimana dikutip dari South China Morning Post, Selasa (21/7/2020). 

Dengan mengendarai mobil Toyota putih dengan terpal di bagasi, Huang memenuhi mobilnya dengan baju-baju yang ia jual. 

Huang telah menjalankan pabriknya selama lebih dari satu dekade. 

Pabriknya pun pernah mencapai masa kejayaan, tetapi semua itu kini hilang karena adanya pandemi yang membuat ia tak bisa menjual stok baju yang sudah terlanjur diproduksi. 

"Saya memiliki puluhan ribu gaun, yang semuanya telah disimpan sejak akhir tahun lalu," kata Huang.

Huang pertama kali mencoba untuk menjual di pasar grosir dan toko-toko eceran Guangzhou, tetapi ia tidak banyak membantu.

Setelah adanya dukungan terhadap keberadaan PKL oleh Perdana Menteri Li Keqiang, Huang mulai menjajal berjualan di jalanan. 

Apa yang dialami Huang juga dialami oleh para pengusaha lainnya di China. 

Awalnya para pengusaha ini berharap pemulihan ekonomi segera terjadi. 

Namun, harapan itu nampaknya sirna karena pandemi secara globar masih terjadi.

"Semua orang menantikan pemulihan ekspor, tetapi kami sekarang menemukan bahwa itu adalah mimpi ketika kami menyaksikan kasus coronavirus terus naik secara global," kata Huang.

"Sementara itu, kami tidak dapat melakukan pembayaran untuk tetap mengoperasikan pabrik kami, karena kami kehabisan uang tunai."

Baca: Update Corona di Maluku 20 Juli: 613 Kesembuhan, Total Kasus 979

Liang Lu, asosiasi produsen di Dongguan menunjukkan deretan produsen yang terpaksa harus tutup. 

Penjualan di pasar grosir pakaian tersebut telah merana. 

“Minggu lalu, sebuah pabrik kaus kaki datang kepada kami untuk membantu mempromosikan penjualan 4 juta pasangan yang tidak terjual, dan minggu ini sebuah pabrik alas kaki datang dengan puluhan ribu pasang sahamnya senilai 16 juta yuan (US $ 2,29 juta), ”kata Liang.

"Banyak barang yang dibuat untuk ekspor hanya menumpuk di gudang pabrik," ujar dia. 

(Tribunnews.com/Daryono)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini