News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Warga Korea Utara yang Beragama Ini dan Nonton TV Asing Dipaksa Minum Air Abu Kremasi Mayat Tahanan

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Peta rinci fasilitas di kamp konsentrasi Chongori atau resminya disebut Kyo-hwa-so, kamp yang menampung sekitar 5.000 tahanan

TRIBUNNEWS.COM - Bekas tahanan Korea Utara mengungkap bahwa mereka disuruh meminum air sungai yang terkontaminasi dan berisi abu kremasi narapidana yang meninggal.

Mereka adalah tahanan yang bersalah karena menonton tayangan TV asing.

Dilansir Daily Mail, realitas mengerikan di balik negara milik Kim Jong Un ini diungkap sejumlah mantan tahanan yang sudah keluar.

Dia berhasil selamat dari mimpi buruk hidup di kamp konsentrasi Chongori.

Kamp Chongori merupakan tempat pengurungan warga Korut yang melanggar sejumlah aturan.

Diantaranya menonton saluran TV asing atau Korea Selatan dan beragama kristen.

Baca: Kim Jong Un Serukan Perang 80 Hari Jelang Parade Militer untuk Tingkatkan Ekonomi Korea Utara

Baca: Viral Video TikTok Liburan ke Negara Komunis, WNI Ini Buktikan Korea Utara Tak Seseram Dugaannya

Foto yang diambil pada tanggal 5 September 2020 dan dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara pada tanggal 6 September 2020 menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah) mengunjungi daerah yang rusak akibat Topan Maysak di Provinsi Hamgyong Selatan. (STR / KCNA VIA KNS / AFP)

"Setiap hari Senin, kami mengkremasi mayat, ada tempat yang terlihat seperti rumah, dan kami menumpuk mayat di tangki bundar di dalamnya," kenang seorang mantan narapidana ini.

Dia menuturkan, tempat itu basah dengan darah dan bau jasad napi yang membusuk atau terbakar.

"Setelah membakar mayat, mereka menumpuk abu di samping tempat kremasi. Abunya digunakan sebagai kompos untuk pertanian."

"Saat hujan, abunya mengalir ke sungai, dan para tahanan meminum air sungai dan menggunakannya untuk mandi," jelasnya.

Para napi ini juga mengenang ketika musim hujan, kayu akan basah sehingga mayat napi tidak bisa terbakar.

Bahkan mereka bercerita sempat tersandung jari kaki tanpa tubuh.

"Saya jatuh pada sesuatu. Awalnya, saya pikir saya terjebak di pohon, tetapi ketika saya melihat lebih dekat, ternyata itu adalah jari kaki."

"Saya mendaki gunung mengikuti abu dan ada lima jari kaki tepat di depan saya. Saya sangat terkejut," jelasnya.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini