TRIBUNNEWS.COM - Sembilan orang dari satu keluarga yang sama meninggal setelah makan mie yang disimpan lama di freezer.
Mie itu disimpan di freezer selama lebih dari setahun.
Mie mengandung tepung jagung yang difermentasi, yang meracuni keluarga dengan asam bongkrek.
Tujuh orang dewasa, dari kota Jixi di provinsi timur laut China, Heilongjiang, meninggal pada 10 Oktober.
Mereka makan hidangan yang disebut Suantangzi, makanan China lokal, lima hari sebelumnya.
Anggota keluarga terakhir yang masih hidup yang memakan mie itu, seorang wanita yang dinamai Li, meninggal pada hari Senin, lapor Daily Star.
Beruntung, tiga orang anak yang sempat disuguhi mie jagung pada acara keluarga tersebut menolak untuk menyantapnya karena tidak menyukai rasanya.
Baca juga: Kenali Risiko Kesehatan Norovirus, Penyebab Keracunan Makanan yang Mewabah di China
Baca juga: Ratusan Orang Jadi Korban Keracunan Nasi Kuning di Tasikmalaya, Berawal dari Pesta Ulang Tahun
Gao Fei, direktur keamanan pangan di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Heilongjiang, mengatakan kepada China News Service bahwa keracunan asam bongkrek seringkali berakibat fatal.
Gejala keracunan bongkrek biasanya dimulai dalam beberapa jam setelah makan makanan yang terkontaminasi.
Gejala yang dirasakan yaitu sakit perut, berkeringat, kelemahan, dan akhirnya koma.
Kematian bisa terjadi dalam 24 jam.
"Keracunan asam bongkrek dapat menyebabkan kerusakan serius pada banyak organ manusia termasuk hati, ginjal, jantung, dan otak," kata Gao.
"Saat ini belum ada obat penawar khusus."
"Saat seseorang terkena racunnya, tingkat kematian bisa mencapai 40% hingga 100%. "
Gao mengatakan asam bongkrek tahan direbus pada suhu tinggi.
Asam bongkrek adalah racun mematikan yang diproduksi dalam kelapa yang difermentasi.
Di Indonesia, terkenal tempe bongkrèk yang juga sering kali menyebabkan keracunan.
Antara tahun 1951 dan 1975, rata-rata 288 keracunan dan 34 kematian yang disebabkan oleh asam bongkrek dilaporkan di Indonesia setiap tahun.
Kacang Djenkol, makanan lezat Indonesia lainnya, juga menjadi penyebab banyak kematian.
Kontaminasi asam bongkrek dalam bir produksi lokal juga menjadi penyebab atas 75 kematian dan lebih dari 200 rawat inap setelah pemakaman di Mozambik.
Kasus Serupa: Satu Keluarga Tewas Keracunan Ikan Buntal
Satu keluarga di Desa Alasbuluh, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, Jawa Timur meninggal dunia setelah mengonsumsi ikan buntal hasil pancingan, Selasa (10/3/2020).
Diberitakan TribunJateng.com, Kapolresta Banyuwangi Kombes Arman Asmara Syarifudin memastikan pihaknya sudah melakukan uji laboratorium terkait masakan ikan buntal yang dikonsumsi keluarga tersebut.
"Mereka meninggal lantaran keracunan," terangnya, Selasa.
Baca: Fakta-Fakta 90 Warga Mesuji Lampung Alami Keracunan Makanan
Dokter dari RSUD Pandanaran Boyolali, dr. M. Fiarry Fikaris menyebutkan ikan buntal memang bahaya untuk dikonsumsi.
Pasalnya, menurut Fiarry, racun tetrodoxin yang terkandung dalam ikan buntal jauh lebih kuat dari Sianida.
Bahkan, tidak ada zat yang mampu menjadi penawar racun tersebut.
"Racun ini bersifat 1.200 kali lebih beracun dari Sianida dan tidak ada zat yang mampu menjadi penawar racun ini, sehingga dia berbahaya jika dimakan," ungkap Fiarry saat dihubungi Tribunnews.com, Rabu (11/3/2020) malam.
Fiarry mengatakan, organ dalam pada ikan buntal menjadi bagian yang paling banyak mengandung racun.
"Ikan buntal ini mengandung racun terutama di organ dalamnya, seperti liver, ovarium, mata, maupun kulit," terangnya.
Fiarry menuturkan, racun pada ikan buntal bekerja dengan cara memblokir kanal natrium pada tubuh.
Baca: Sejumlah Hewan Mati Mendadak di Bekasi Bikin Geger, Polisi Sebut Keracunan Bukan Karena Virus
Sehingga, otot-otot akan mengalami kelumpuhan yang menyebabkan orang tersebut tidak bisa bernapas.
Seseorang pun dapat meninggal dunia karena kehabisan napas akibat racun ini.
Keterangan Polisi
Kapolresta Banyuwangi Kombes Arman Asmara Syarifudin, satu keluarga yang tewas akibat keracunan ikan buntal ini terdiri dari empat orang.
Keluarga tersebut terdiri atas seorang ibu bernama Siti Habsah (80), yang tinggal bersama keluarga putrinya, Dewi Ambarwati (50).
Dewi tinggal di rumahnya bersama sang suami, Muhlis Hartono (65), serta anaknya yang masih balita.
Siti, Dewi, dan Muhlis meninggal dunia dalam kejadian ini.
"Dalam rumah itu ada empat orang.
Yang satu masih balita, kini dirawat kerabat sana," ujar Arman.
Menurut Arman, kejadian itu bermula saat Muhlis mendapatkan ikan buntal hasil pancingan, Senin (9/3/2020).
Ikan itu kemudian dimasak bumbu santan dan dihidangkan sebagai menu makan.
Berdasarkan keterangan kerabat, para korban mengeluh pusing setelah mengonsumsi masakan ikan buntal itu.
Baca: Bisa Dialami Setiap Orang, Inilah 6 Tanda Keracunan Makanan
Namun, ketiga korban masih tetap memakannya.
"Hari selanjutnya, Selasa, mereka masih makan ikan itu, lalu mereka mengeluh mulas dan muntah-muntah," ujar Arman.
Ketiga korban tersebut akhirnya dilarikan ke puskesmas setempat.
Namun nahas, nyawa mereka sudah tidak tertolong lagi.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie/Widyadewi Metta)