Moskow mengatakan, pihaknya hanya akan melakukan intervensi, jika pertempuran mencapai tanah Armenia.
Hal itu disampaikan setelah Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan secara resmi meminta Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memulai konsultasi "mendesak" tentang bantuan keamanan.
Pada Sabtu (7/11/2020) kemarin, Putin berbicara dengan Turki dan Prancis, Recep Tayyip Erdogan dan Emmanuel Macron.
Turki merupakan sekutu utama Azerbaijan dan keterlibatannya akan menjadi kunci kesepakatan apa pun untuk menghentikan pertempuran.
Baca juga: Konflik di Nagarno-Karabakh Masih Berlanjut, Azerbaijan Klaim Armenia Langgar Gencatan Senjata
Baca juga: Istri PM Armenia Jalani Pelatihan Militer dan akan Gabung dengan Pasukan Perang di Nagarno-Karabakh
Armenia Kehilangan Kota Sushi/Susha
Dikutip Tribunnews dari Al Jazeera, etnis Armenia di Nagorno-Karabakh pada Senin pagi mengkonfirmasi hilangnya kota terbesar kedua di wilayah yang disengketakan itu ke tangan pasukan Azerbaijan.
"Kami mengakui kegagalan masih menghantui kami dan kehilangan kota Sushi (di Azerbaijan dikenal sebagai Susha) benar-benar di luar kendali kami," papar Vahram, Poghosyan, Juru Bicara Pemimpin Etnis Armenia Nagorno-Karabakh, dalam sebuah pernyataan pada Senin (9/11/2020).
Dia menambahkan, pasukan Azerbaijan mendekati kota utama wilayah yang disengketakan.
"Musuh ada di pinggiran Stepanakert. Keberadaan ibu kota sudah dalam bahaya," katanya.
Pasukan Armenia dan Azerbaijan telah bertempur selama enam minggu di wilayah Nagorno-Karabakh.
Nagarno-Karabakh merupakan daerah yang berada di dalam Azerbaijan tetapi telah di bawah kendali etnis Armenia sejak tahun 1994.
Lebih dari 1.000 orang dilaporkan tewas dalam konflik tersebut.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)