TRIBUNNEWS.COM - Ilmuwan nuklir paling terkemuka di Iran, Mohsen Fakhrizadeh, dibunuh di dekat Teheran, Jumat (27/11/2020) waktu setempat.
Kabar meninggalnya Fakhrizadeh dikonfirmasi oleh kementerian pertahanan Iran.
Dilansir BBC dalam sebuah pernyataan, kementerian pertahanan Iran mengatakan, teroris bersenjata menargetkan kendaraan yang membawa Fakhrizadeh.
Mulanya, terjadi bentrokan antara teroris dan pengawal ilmuwan tersebut.
Media Iran melaporkan, para penyerang menembaki Fakhrizadeh di mobilnya.
Hingga akhirnya, Fakhrizadeh terluka parah dan dilarikan ke rumah sakit.
Baca juga: Presiden Terpilih AS Biden Diprediksi akan Gabung Lagi dengan Kesepakatan Nuklir Iran, Ini Kata Ahli
Baca juga: Iran Desak Presiden Terpilih AS Cabut Sanksi dan Gabung Lagi dengan Kesepakatan Nuklir
Sayangnya, upaya tim medis untuk menyelamatkan Fakhrizadeh tidak berhasil.
Beberapa menit setelahnya, ilmuwan senior di bidang nuklir itu meninggal.
Badan Intelijen Barat percaya, Fakhrizadeh berada di belakang program senjata nuklir Iran yang terselubung.
"Jika Iran pernah memilih untuk mempersenjatai, Fakhrizadeh akan dikenal sebagai bapak bom Iran," kata seorang diplomat Barat kepada Reuters, 2014 lalu.
Meskipun begitu, Iran menegaskan, program nuklirnya secara eksklusif untuk tujuan perdamaian.
Namun, pembunuhan Fakhrizadeh dikaitkan dengan peningkatan jumlah enriched uranium yang diproduksi di negara itu.
Diketahui, enriched uranium (pengayaan uranium) merupakan komponen penting untuk pembangkit tenaga nuklir sipil dan senjata nuklir militer.
Kesepakatan 2015 lalu telah membatasi produksinya.