TRIBUNNEWS.COM - Kepala negosiator Hamas dan wakil kepala Gaza, Khalil Al-Hayya, mengatakan bahwa Israel terus menghalangi kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
Dalam pidato yang disiarkan di televisi Aqsa Palestina pada hari Minggu (6/10/2024), Al-Hayya mengatakan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sengaja mengulur-ulur waktu negosiasi gencatan senjata.
Netanyahu juga dinilai menolak semua tuntutan.
Mulai dari diakhirinya perang, penarikan pasukan Israel dari Gaza, dan kesepakatan pertukaran tawanan.
Dengan tegas, Al-Hayya mengatakan, tidak akan menerima kesepakatan apapun selain tuntutan mereka kemarin.
"Apa yang kami tolak kemarin, tidak akan kami terima besok, dan apa yang gagal diambil oleh rezim dengan paksa, tidak akan diambil di meja perundingan," kata Al-Hayya, dikutip dari Al Mayadeen.
Menurut Al-Hayya, Operasi Banjir Al-Aqsa membuat pejuang Palestina lebih fokus terhadap agenda global.
Ia juga meminta kepada masyarakat dunia untuk terus memberi dukungan kepada warga Palestina.
"Kami sampaikan kepada masyarakat internasional untuk berhenti berdiam diri, karena diamnya kalian berarti berlanjutnya agresi terhadap rakyat Palestina dan rakyat Lebanon," kata Al-Hayya.
Dengan dukungan Internasional, maka semua akan tahu kejahatan yang dilakukan Israel di Gaza.
"Biarkan dunia tahu bahwa Israel adalah pusat kejahatan dan kehancuran di kawasan ini," tambahnya.
Al-Hayya menegaskan, pejuang Palestina akan terus berjuang melawan Israel dan mencapai hak-hak warga Palestina.
Baca juga: Peringatan 1 Tahun Perang Gaza, 60 Persen Bangunan Hancur, 90 Persen Penduduk Terusir
"Kita dapat katakan dengan penuh keyakinan, bahwa perjuangan Palestina telah menjadi perjuangan utama di dunia dan semua pihak kini menyadari bahwa tidak akan ada keamanan dan stabilitas di kawasan ini kecuali rakyat kita memperoleh hak-hak mereka sepenuhnya," tegas Al-Hayya.
Sebagai informasi, Operasi Banjir Al-Aqsa diluncurkan pada 7 Oktober 2023.