Ketegangan antara Israel dan Lebanon meningkat pada akhir Agustus ketika militer negara Yahudi itu melancarkan serangan udara terhadap pos pengamatan Hizbullah.
Serangan itu dianggap tanggapan atas kelompok militan Syiah yang bermarkas di Lebanon yang melepaskan dua tembakan dari seberang perbatasan yang ditujukan ke pasukan Israel.
Newsweek.com mengutip juru bicara IDF dan kelompok militan yang berbasis di Lebanon, Hizbullah, mengatakan mereka sepenuhnya siap bertempur secara militer dalam skala penuh.
Brigjen Ido Mizrachi dari IDF, mengatakan militer Israel melihat Hizbullah sebagai musuh utama mereka. Bersamaan itu, IDF berusaha mencegah konflik menjadi perang yang sesungguhnya.
"Tapi kami harus siap melawan Hezbollah, dan terutama jika kami perlu melakukan itu secara geografis, secara fisik di wilayah Lebanon Selatan. Ini akan menjadi situasi yang sangat rumit bagi kami, tapi itulah yang kami butuhkan untuk siap," kata Mizrachi.
Dia meramalkan konflik antara Israel dan Hizbullah tidak akan menunjukkan tanda-tanda berhenti di masa depan.
Seorang juru bicara Hizbullah mengatakan kelompoknya sepenuhnya siap terlibat pertempuran terbuka melawan pasukan Israel.
Pemimpin Hizbullah Lebanon, Sheik Hassan Nasrallah memperingatkan pada akhir Agustus 2020, Israel akan kehilangan seorang tentara untuk setiap pejuang kelompoknya di peperangan.
Nasrallah, bagaimanapun, menegaskan, organisasinya tidak akan terlibat dalam bentrokan di perbatasan, karena itulah inilah diinginkan Israel.(Tribunnews.com/Sputniknews/xna)