Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga dinilai terlambat membuat kebijakan dalam mengantisipasi penyebaran Covid-19 di Jepang.
Menanggapi hal itu, PM Jepang dikabarkan menemui Menteri Revitalisasi Ekonomi Yasutoshi Nishimura 12 Januari lalu untuk membicarakan terkait antisipasi penanganan Covid-19.
"Tanggal 12 Januari PM Jepang berkonsultasi dengan Menteri Nishimura untuk menambah wilayah sasaran deklarasi darurat siaga satu (PSBB) di Jepang," ungkap sumber Tribunnews.com, Kamis (14/1/2021).
Sasarannya ternyata Prefektur Fukuoka, yang tidak meminta dilakukan PSBB. Berbeda dengan Osaka dan daerah lainnya yang meminta pusat agar mengumumkan PSBB.
"Hal itu adalah kasus luar biasa yang dipimpin oleh pemerintah sejalan dengan penunjukan Prefektur Osaka dan Aichi sebagai wilayah metropolitan di mana populasi terkonsentrasi," ujarnya.
Sumber mengungkapkan Menteri Nishimura menelepon Gubernur Fukuoka Hiroshi Ogawa pada tanggal 12 Januari dan mengatakan kepadanya bahwa dia ingin menargetkan Fukuoka untuk mencegah penyebaran virus corona.
Baca juga: Jumlah Warga Terinfeksi Corona Saat Olimpiade Jepang Bisa 1.000 Per Hari Jika Tak Ada Tindakan Ketat
Gubernur Fukuoka sebenarnya merasa enggan, tapi Menteri Nishimura mengatakan, "Saya tidak memikirkan tentang penunjukan tambahan (di masa depan). Ini kapal terakhir."
Belakangan ini PM Jepang dianggap hanya melakukan PSBB jika sudah ada permintaan dari Gubernur daerah.
Baru kali ini Gubernur Fukuoka tak meminta apa pun, malah ditambahkan ke lokasi PSBB menjadi 11 wilayah di Jepang yang menetapkan PSBB sejak kemarin hingga 7 Februari 2021.
Meskipun demikian penyebaran infeksi virus corona belum menurun, dan tidak ada jaminan bahwa target tersebut tidak akan diperluas di masa mendeatang.
Tanggapan pemerintah yang tidak konsisten telah menyebabkan kritik keras dan pedas dan pernyataan yang ceroboh menempatkan pemerintahan pada posisi yang lebih ketat.
Seorang eksekutif partai liberal demokrat (LDP), yang mendengar pernyataan Nishimura, menyatakan ketidaknyamanannya.
Baca juga: Latihan Militar Pasukan SDF Jepang Dengan Tetap Menggunakan Masker
"Saya butuh sesuatu yang ekstra," kata dia.
Yang diperlukan untuk mengurangi jumlah kasus baru dari 1.433 pada tanggal 13 Januari menjadi kurang dari 500.
Telah terlihat di masyarakat bahwa efek yang diumumkan saat ini tidak dapat diharapkan karena orang-orang "terbiasa dengan corona" dan kelelahan menahan diri, dan ada pandangan yang mengakar di dalam pemerintah bahwa "periode PSBB itu harus diperpanjang" .
Perdana Menteri selalu percaya bahwa begitu dia memutuskan, dia tidak akan goyah, tetapi dia telah dipaksa untuk mengubah kebijakannya satu demi satu saat menangani Corona.
Banyak yang mempertanyakan di Jepang, apakah mungkin dalam sebulan kasus bisa kurang dari 500 orang nantinya?
Selain itu popularitas PM Jepang dari berbagai survei di Jepang melorot drastis karena dianggap tidak punya kepemimpinan, lambat dalam mengantisipasi pandemi Covid-19.
Sementara itu telah terbit buku baru "Rahasia Ninja di Jepang" berisi kehidupan nyata ninja di Jepang yang penuh misteri, mistik, ilmu beladiri luar biasa dan tak disangka adanya penguasaan ilmu hitam juga. informasi lebih lanjut ke: info@ninjaindonesia.com