Untuk tetap berada dalam batas-batas hukum, staf AS tidak menekan tombol pada serangan terakhir, tetapi sering berdiri di atas bahu orang Emirat yang melakukannya.
Antara 2012 dan 2015, masing-masing tim ditugaskan untuk meretas ke seluruh pemerintah saingan, karena fokus program bergeser dari kontraterorisme ke spionase melawan musuh geopolitik.
Qatar adalah target utama, bersama Iran, Turki, dan pemberontak di Yaman. Pada 2010, Doha mendapatkan perhatian global dengan memenangkan hak menyelenggarakan Piala Dunia 2022.
Pada 2014, operator UEA menargetkan Direktur di FIFA, badan sepakbola berbasis di Swiss, dan orang-orang yang terlibat dalam badan penyelenggara Piala Dunia Qatar.
Penyusupan itu bertujuan mencuri informasi yang merusak persiapan Piala Dunia Qatar, yang dapat dibocorkan untuk mempermalukan saingan UEA di Teluk.
Operasi peretasan FIFA diberi nama kode Tantangan Brutal. Peretas mengirim pesan dan email Facebook yang di-boobytrap yang berisi tautan berbahaya ke situs web yang disebut "worldcupgirls".
Mengeklik tautan akan menyebarkan spyware ke komputer target. Tidak jelas apakah misi tersebut berhasil. Tapi targetnya termasuk Sekjen Penyelenggara Piala Dunia Qatar, Hassan al-Thawadi.
UEA belum secara resmi mengomentari operasi mata-mata itu tetapi mengatakan pihaknya menghadapi ancaman nyata dari kelompok bersenjata dan bekerja dengan AS dalam upaya kontraterorisme.(Tribunnews.com/Aljazeera/Reuters/xna)