"Mereka memukuli dan menembak suami saya dan lainnya," kata seorang penduduk kepada AFP sambil menangis.
Dia berdiri di samping dan menonton protes tetapi tentara membawanya pergi.
Pada Sabtu malam, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE) mengutuk kekerasan tersebut dan mengatakan blok itu akan "mengambil keputusan yang tepat".
"Saya mengutuk keras kekerasan militer terhadap pengunjuk rasa sipil yang damai. Saya mendesak militer dan semua pasukan keamanan di Myanmar untuk segera menghentikan kekerasan terhadap warga sipil," kata Josep Borrell, perwakilan tinggi dan Wakil Presiden Uni Eropa, twit.
Dia menambahkan, pertemuan Menteri luar Negeri Uni Eropa (UE) di Brussel pada Senin "akan membahas peristiwa terbaru di Myanmar untuk mengambil keputusan yang tepat".
Laporan-laporan mengatakan pertemuan yang akan datang diharapkan untuk memberikan sanksi kepada para perwira militer Myanmar.
Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat dan Inggris, telah mengumumkan langkah-langkah tersebut.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan, negaranya akan mempertimbangkan tindakan lebih lanjut terhadap mereka yang terlibat dalam kekerasan terhadap orang-orang yang memprotes kudeta Myanmar.
"Penembakan pengunjuk rasa damai di Myanmar sangat luar biasa. Kami akan mempertimbangkan tindakan lebih lanjut, dengan mitra internasional kami, melawan mereka yang menghancurkan demokrasi & mencekik perbedaan pendapat," kata Raab dalam twit.
Baca juga: Tertembak di Kepala, Demonstran Myanmar Berusia 20 Tahun Meninggal Dunia
Penghormatan untuk Pengunjuk Rasa yang Tewas
Pada hari yang sama, Sabtu (20/2/2021) pengunjuk rasa di dua kota terbesar Myanmar memberikan penghormatan kepada seorang wanita muda yang meninggal sehari sebelumnya, setelah ditembak oleh polisi dalam unjuk rasa menentang kudeta.
Peringatan yang dibuat di bawah jalan layang di kota terbesar Yangon menarik sekitar 1.000 pengunjuk rasa.
Karangan bunga kuning cerah digantung di bawah foto Mya Thwet Thwet Khine, yang diambil gambarnya di Ibu Kota, Naypyidaw, pada 9 Februari 2021, dua hari sebelum ulang tahunnya yang ke-20.
Kematiannya pada Jumat, yang diumumkan oleh keluarganya merupakan kematian pertama yang dikonfirmasi di antara puluhan ribu pengunjuk rasa yang berhadapan dengan pasukan keamanan sejak komandan militer tertinggi Min Aung Hlaing mengambil alih kekuasaan dalam kudeta tersebut.