"Tantangan hari-hari terakhir ini bukanlah yang paling berbahaya bagi stabilitas negara, tapi itu yang paling menyakitkan bagi saya," tambahnya.
"Hamzah hari ini bersama keluarganya di istananya di bawah perlindungan saya," beber Raja Abdullah II.
"Dia telah berkomitmen di hadapan keluarga (Hashemite) untuk mengikuti jalan orang tua dan kakek neneknya, untuk setia pada pesan mereka, dan untuk menempatkan kepentingan Yordania, konstitusi dan hukumnya di atas semua pertimbangan lainnya," imbuhnya.
Raja Abdullah II mengatakan penyelidikan akan dilakukan sesuai dengan hukum, dan langkah selanjutnya akan diatur oleh "kepentingan tanah air dan rakyat setia kami".
Baca juga: Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud dari Arab Saudi Ungkap Dukungan untuk Raja Yordania
Tantangan Ekonomi dan Politik Yordania
Istana Yordania bersikeras bahwa perselisihan itu diselesaikan di dalam keluarga, tetapi tantangan besar tampak bagi monarki sekutu Barat yang telah lama dilihat sebagai kunci utama stabilitas regional.
Negara-negara Arab dan Amerika Serikat dengan cepat menyatakan dukungannya kepada Raja Abdullah.
Baca juga: Presiden AS Joe Biden Tak Berminat Selesaikan Konflik Israel-Palestina
Pada Rabu (7/4/2021), Presiden AS Joe Biden berbicara dengan Raja Abdullah II dan membahas hubungan bilateral yang kuat antara kedua negara.
Biden mengatakan dia tidak peduli dengan situasi di Yordania.
"Saya sebenarnya memanggilnya (Raja Abdullah) untuk memberitahu bahwa dia punya teman di Amerika. Tetap kuat," kata Biden.
Namun, dukungan internasional tidak banyak membantu menutupi masalah domestik yang dihadapi Amman.
Keberadaan Pangeran Hamzah Belum Diketahui
Keberadaan Pangeran Hamzah tidak diketahui.
Tidak ada tanda bahwa pihak berwenang telah membebaskan 18 tahanan lainnya, termasuk anggota salah satu suku kuat yang secara historis mendukung monarki.